• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Rabu, 29 Maret 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Melawan Ketakutan dengan Harapan

Ketakut adalah emosi negatif yang lahir dari bayangan tentang harapan yang tak bisa dicapai

Agus Salim I by Agus Salim I
9 bulan ago
in Artikel, Milenial
0
Melawan Ketakutan dengan Harapan
Ilustrasi Melawan Ketakutan dengan Harapan Pixabay

Ada yang menarik jika kita membicarakan soal ketakutan dan harapan. Keduanya adalah dua hal yang bertolak belakang. Rasa takut adalah emosi negatif yang lahir dari bayangan tentang harapan yang tak bisa dicapai. Sementara, harapan adalah manifestasi emosi positif yang tak selamanya muncul setelah pertaruhan melawan rasa takut.

Ketakutan berawal dari penjajahan pikiran. Ya, setiap orang pasti punya masalah. Yang membedakan adalah kadar rasa takut masing-masing terhadap apa yang dirasa dan dipikiran. Takut kehilangan jabatan, takut akan masa depan, atau bahkan takut kehilangan kepercayaan. Dari ketakutan itulah, banyak orang yang pada akhirnya hancur oleh besarnya rasa takut yang diciptakannya sendiri.

Rasa takut yang berlebih pada hakikatnya muncul dari perasaan dan pikiran. Ia bersemayam dalam diri yang mewujud semacam berhala. Watak dari berhala adalah selalu ingin disembah dan dipuji. Saat rasa takut itu muncul, saat itu pula kita sedang menyembah berhala. Semakin besar rasa takut kita, semakin besar pula berhala dalam diri kita. Berhala ketakutan tersebut akan membesar atau mengecil tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Namun, rasa takut yang selalu diperihara akan berbahaya bagi kepribadian yang menjadi tidak seimbang. Disadari atau tidak, orang dengan tingkat ketakutan tinggi akan memunculkan perilaku yang khas.

Kita tentu sering melihat orang-orang berteriak histeris saat berada dalam kegelapan, atau lampu rumah tiba-tiba padam. Kita juga tentu sering mendengar teriakan orang yang takut akan kecoa.

Baca juga

Peluang dan Tantangan Wanita Karier

Menilik Hyperloop, Transportasi Kilat Masa Depan

Alasan Mahasiswa Wajib Paham Investasi

Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, dalam magnum opusnya, Ihya Ulumiddin, mengajarkan secara apik bagaimana membentuk jiwa yang seimbang (i’tidal). Untuk menjadi pribadi seimbang (equilibrium), termasuk di dalamnya tidak takut terhadap hal-hal duniawi dengan cara mengembangkan prinsip-prinsip kebaikan (ummahat al-fadlail). Berlebihnya rasa takut adalah gangguan jiwa yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan fungsi-fungsi psikis.

Kita tahu jiwa yang sehat adalah jiwa yang bebas dari rasa takut berlebih. Ia dapat dibentuk dengan menyeimbangkan dua kutub bipolar. Dua kutub yang cenderung berlebihan atau eksesif (ifrat) dengan kutub yang cenderung defisiensif (tafrit) yang saling bertentangan, sehingga lahir sikap dan perilaku yang seimbang. Namun, untuk menyeimbangkan itu tentu dibutuhkan latihan-latihan.

Harapan sebagai jawaban

Jika dalam kehidupan sehari-hari kita terselimuti oleh rasa takut, maka harapan bisa jadi jawaban akan ketakutan itu. Kita mungkin paham jika ketakutan dan harapan tidak akan pernah berada dalam satu linier. Akan tetapi, dalam satu kondisi harapan adalah jawaban pasti dari ketakutan.

Dalam kajian teologi, ketakutan akan masa depan yang belum pasti akan membawa seseorang mengalihkan harapan kepada sang pencipta. Kata anak zaman sekarang,

“berharap kepada manusia dan dunia hanya akan menimbulkan rasa sakit, lebih baik berharap kepada sang pencipta”

Yonky Karman dalam tulisan berjudul “Membangun Masa Depan Bersama: Sebuah Tinjauan Apokaliptik Perjanjian Lama” memperlihatkan dilema ketakutan dan harapan yang ada pada manusia. Kita telah memahami jika harapan yang digantungkan secara berlebihan akan membawa manusia pada jurang keputusasaan. Namun, dalam dunia apokaliptik hal itu tidak berlaku.

Apokaliptik adalah wawasan tentang keagamaan yang berbasis pada perenungan mengenai “hal-hal akhir” atau perenungan tentang sebuah penghakiman di masa depan (Russel, 1993).

Pemahaman tentang apokaliptik akan membawa kita pada pemahaman menyikapi masa kini untuk memahami masa depan melalui aspek teologi. Pemahaman tentang apokaliptik juga akan membawa perubahan sikap dan perilaku kita menjadi lebih berhati-hati dalam setiap langkah.

Akan tetapi, untuk menuju pemahaman apokaliptik diperlukan kesadaran dan tanpa paksaan. Sebab, kadar keimananlah yang akan membawa kita pada pemahaman apokaliptik.

Penulis: Agus Salim I

  • 1share
  • 0
  • 1
  • 0
  • 0
Tags: artikel milenialharapanKetakutanmelawan
Previous Post

Atin Anggraini: Burnout Bagian dari Toxic Relationship

Next Post

Sempat Heboh! Begini Klarifikasi Atas Isu Iuran Pagelaran

Agus Salim I

Agus Salim I

Bukan penulis mapan

Related Posts

Hindun Anisah, UIN Walisongo
Varia Kampus

Peluang dan Tantangan Wanita Karier

by Redaksi SKM Amanat
20 Maret 2023
0

...

Read more
Ilustrasi Hyperloop

Menilik Hyperloop, Transportasi Kilat Masa Depan

5 Maret 2023
Ilustrasi investasi

Alasan Mahasiswa Wajib Paham Investasi

23 Februari 2023
cancel culture di media sosial

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

6 Desember 2022
ngeri-ngeri sedap komunikasi anak dan orang tua

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

1 Desember 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
GenBI UIN Walisongo

Bantu 20 Pelaku Usaha, GenBI UIN Walisongo Adakan UMKM Binaan

12 Maret 2023
Arja Imroni, UIN Walisongo, Menjaga jari dan lisan

Pentingnya Menjaga Jari dan Lisan di Bulan Ramadan

26 Maret 2023
Fredy Santoso, Investor Gathering UIN Walisongo

Fredy Santoso Bahas Indikator Ekonomi di Indonesia

13 Maret 2023
Danang Diska Atmaja

Danang Diska Atmaja: Pentingnya Naskah dalam Pertunjukan Teater

15 Maret 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend