
Sejak kemunculannya pada awal Februari lalu, virus corona banyak merubah pola hidup dan perilaku masyarakat Indonesia. Walaupun pemerintah tidak sampai menerapkan sistem lock down, namun beberapa kota besar di Indonesia melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Hal itulah yang membuat masyarakat harus tetap berada di rumah dikarenakan adanya himbauan dari pemerintah. Beberapa orang mungkin tidak merasa takut dengan virus ini, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa sehingga hanya bisa mengikuti arus yang seolah menjadi takdir tuhan.
Hampir sembilan bulan, kebanyakan masyarakat Indonesia melakukan aktivitasnya di rumah, dari yang belajar, bekerja, tidur, makan, olahraga, semuanya dilakukan di rumah. Namun, kegiatan yang seperti itu membuat mereka bosan. Survei Forum Anak Jateng bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB Jawa Tengah) mengungkapkan sekitar 80 persen siswa menyatakan bosan belajar dari rumah.
Imbasnya adalah, masyarakat menjadi candu terhadap media sosial. Ini dilakukan sebagai obat pengalihan kebosanan mereka. Bahkan, lebih miris, hal itu terjadi tidak hanya di kalangan anak-anak dan mahasiswa saja, bahkan orang tua sekalipun.
Memang, tidak ada yang salah ketika banyak orang bermain media sosial. Akan tetapi, hari ini manusia justru terperdaya oleh kenyamanan dan kenikmatan yang ditawarkan media sosial, seolah manusia menjadi budak atas kehendak mereka sendiri.
Belajar dari Plato
Plato adalah salah satu tokoh filsafat yunani yang terkenal di seluruh dunia setelah Socrates. Ia mengabdikan seluruh hidupnya untuk membantu orang mencapai keadaan yang disebutnya “Eudaimonia” atau dalam terjemahan bahasa indonesianya adalah “Pemenuhan”.
Kondisi hari ini membuat banyak masyarakat belum bisa memenuhi kehidupannya, dalam artian mengisi hidupnya dengan hal yang bermanfaat. Plato lantas menawarkan empat gagasan besar untuk membuat hidup lebih terpenuhi.
Pertama, berfikir lebih banyak. Masih banyak masyarakat yang jarang meluangkan waktunya untuk berfikir dengan hati-hati dan logis tentang arti kehidupan dan bagaimana cara hidup yang sesuai. Terkadang, kita hidup untuk mengikuti arus populer yang diciptakan hanya untuk bersenang-senang. Untuk melawan arus tersebut, plato memberikan solusi yaitu untuk mengenali diri sendiri dan memperkaya pengetahuan diri agar tidak terseret oleh pikiran yang overthingking.
Kedua, biarkan kekasihmu mengubahmu. Ini bukan berarti untuk mengubah diri kita sendiri, namun mencari pasangan atau teman yang mampu mengisi kekurangan kita. Agar kita mampu menjadi lebih baik karena bersama orang yang baik juga, perlunya mendidik diri sendiri dengan cara bersama orang yang mau belajar.
Jadi lingkungan yang kita tempati akan sangat berpengaruh terhadap perilaku kita nantinya. Maka dari itu, carilah atau temukan tempat yang membuat kita berkembang jauh lebih baik dari hari kemarin.
Ketiga, menafsirkan pesan keindahan. Banyak orang yang menyukai hal-hal indah, pertanyaannya, mengapa banyak orang menyukainya? Benda yang indah seperti membisikkan kebenaran untuk kita tentang kehidupan yang lebih baik. Di dalamnya kita menemukan sebuah kualitas yang dirasa hilang dari diri kita.
Unsur Lemah lembut, harmoni, keseimbangan, perdamaian, kekuatan, dan hal itu memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan. Hal semacam itu yang sering dilupakan oleh masyarakat hari ini.
Keempat, reformasi masyarakat. Plato menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan bagaimana pemerintah dan masyarakat yang ideal serta membuat mereka menjadi lebih baik. Ini masih menjadi persoalan utama sebab, masyarakat masih sering terfokus pada orang-orang terkenal seperti selebriti, aktor, aktris atau bintang olahraga. Hal itu menjadi penting karena siapa yang kita kagumi akan mempengaruhi perilaku kita sehari-hari.
Penulis: Moh. Hasib