Amanat.id- Komunitas GUSDURian Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang berkolaborasi dengan Pondok Pesantren Al Munawwar Ngaliyan dan HIMATIS (Himpunan Mahasiswa Santri Tebuireng di Semarang) menggelar acara haul Gus Dur ke-14 bertema “Menggerakkan Tradisi, Meneguhkan Demokrasi” di Saroengan Cafe, Minggu (18/02/2024).
Wakil Rektor (WR) I UIN Walisongo, Mukhsin Jamil menjelaskan landasan Gus Dur yang perlu diteladani dalam kehidupan berbangsa.
“Ada tiga landasan yang perlu kita rawat dalam kehidupan berbangsa dari guru kita, di antaranya humanisme atau berperikemanusiaan, menjunjung tinggi demokrasi dan pribumisasi islam dengan menghargai perbedaan,” jelasnya.
Mukhsin turut mengingatkan bahwa sikap humanisme adalah esensi dari agama.
“Esensi dari agama adalah humanisme. Maka letak keagamaan berada pada bagaimana kontribusi kita kepada bangsa sebagai manusia yang berperikemanusiaan,” tambahnya.
Menurutnya, upaya menegakkan demokrasi bisa dilihat dari perjuangan Gus Dur pada masanya.
“Gus Dur menjunjung tinggi demokrasi dengan mendukung kemerdekaan pers, menghargai berbagai pendapat dan pilihan. Oleh karenanya beliau menulis berbagai karya bagaimana seharusnya kita menjunjung tinggi demokrasi untuk bangsa,” tuturnya.
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ishlah Semarang, Amin Maulana Budi Harjono pun memberi perumpamaan bahwa agama adalah dapur yang dipersembahkan kepada semesta.
“Agama bagi kita adalah dapur yang akan kita persembahkan untuk semesta. Bagaimana kita mengakui dan menghargai perbedaan agama yang tetap terikat oleh cinta kepada bangsa,” ujarnya.
Selain itu, Amin menjelaskan bahwa agama bukan sekedar sistem kepercayaan.
“Agama bukan hanya suatu sistem kepercayaan dan keperibatadan kepada Tuhan. Akan tetapi, bagaimana hubungan kita kepada manusia lainnya,” pungkasnya.
Reporter: Kumala Nur A.
Editor: Shinta Ayu Aini