“Kalau ingin melakukan perubahan jangan tunduk terhadap kenyataan, asalkan kau yakin di jalan yang benar maka lanjutkan.” -Gus Dur.
Petikan kalimat dari gus dur tersebut seolah meruntuhkan dinding ketakutan yang telah terbangun sejak lama. Ada semacam ketakutan akan hukuman ketika menentang sebuah kenyataan. padahal, sebagaimana hukum alam, sebuah keputusan tak selamanya memiliki benar, terkadang keputusan adalah sebuah kesalahan.
Akan tetapi, didikan masa kecil membuat kita terlalu lemah untuk menolak dan memilih tunduk terhadap sebuah keputusan. Disadari atau tidak, tunduk pada kenyataan telah menciptakan sekat-sekat ketakutan dan keberanian untuk menolak sebuah keputusan. artinya, kita cenderung menghamba pada satu keputusan dan tidak berani menentang keputusan itu.
Inilah yang kemudian membuat kita menjadi manusia yang tak bisa bebas berkehendak. Kehendak adalah hak kodrati manusia yang tidak bisa dikekang oleh orang di luar dirinya. Jika tan malaka memiliki semboyan idealisme adalah sebuah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh mahasiswa, maka kehendak adalah bentuk kebebasan tertinggi yang dimiliki manusia.
Saking sakralnya konsep kebebasan berkehendak ini, turut menyita perhatian nietzsche, seorang filsuf eksistensialisme kelahiran Jerman. Nietzsche dalam salah satu karya fenomenal tentang will to power menyebut jika kehendak untuk berkuasa (free will) membuat manusia mampu menciptakan dunia tanpa aturan-aturan yang kaku. Kebebasan berkehendak dalam hal ini menekankan pada kebebasan sebagai pengungkapan kehendak manusia.
Hari ini, kita justru terjebak pada realitas yang menuntut kita untuk tunduk pada kenyataan. Kita bahkan melupakan makna kebebasan sebagaimana yang disampaikan oleh nietzsche. Kebebasan bagi kita justru seringkali bersifat memaksakan kehendak yang membuat kita lupa akan jati diri.
Hidup adalah pemberontakan
Tokoh revolusioner dunia, Fidel Castro pernah mengatakan bahwa revolusi adalah pertaruhan antara masa lalu dan masa depan. hidup yang tak dipertaruhkan tidak akan dimenangkan. Begitu kiranya makna kehidupan yang harus dipertimbangkan.
Revolusi adalah sebuah perubahan. Revolusi juga bisa bermakna sebagai pemberontakan. Orang-orang terpinggirkan selalu menggelorakan semangat revolusi, lebih-lebih pemberontakan. Akan tetapi, pemberontakan lantas tidak kita maknai sebagai sebuah citra negatif, melainkan upaya perlawanan terhadap
ketundukan pada kenyataan.
Barangkali kita melihat orang-orang yang melakukan pemberontakan dalam hidup adalah mereka yang berhasil. Berhasil melewati kerasnya
dinamika kehidupan atau bahkan ancaman kematian. Semangat pemberontakan adalah semangat yang harus kita gelorakan menciptakan dunia dimana akan ada lagi penderitaan, kesengsaraan dan perbudakan.
Penulis: Nur Rozikin