
Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk mencapai sukses. Berbicara mengenai sukses, maka saat itulah kita membicarakan sebuah proses dan tujuan. Namun proses yang dilalui setiap orang untuk mencapai tujuan pasti berbeda. Begitu pula tujuan yang dijadikan sebagai indikator sukses antara setiap orang tidak bisa disamakan.
Misal seorang nelayan mempunyai patokan kesuksesan berupa hasil tangkapan ikan dengan jumlah tertentu. Lain halnya seorang pebisnis, patokan suksesnya terdapat pada jumlah omsetnya. Mungkin seorang mahasiswa juga punya patokan sukses berupa mendapat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK ) dengan predikat cumlaude.
Maka demikian, setiap profesi bahkan individu memiliki patokan kesuksesannya masing-masing. Tergantung bagaimana persepsi individu tersebut menilai setiap peristiwa dalam hidupnya.
Paul Reilly dalam bukunya Succes is Simple (1977) mendeskripsikan sukses sebagai pencapaian yang berangsur-angsur meningkat terhadap suatu tujuan atau cita-cita yang berharga. Jadi sukses dapat dimaknai sebagai sebuah realisasi progres yang bernilai.
Sukses tidak selalu tentang materi
Kesalahpahaman makna sukses masih sering dijumpai, bahkan sebagian besar orang selalu mengaitkan kesuksesan hidup dengan keberhasilan secara finansial, karir, dan materi. Orang yang memiliki banyak uang, jabatan tinggi, karir bagus memang dapat dikatakan sukses menurut beberapa perspektif.
Akan tetapi hal tersebut bukan tolok ukur mutlak. Setiap individu dapat membuat ukuran sukses yang lebih sederhana sesuai kondisi hidupnya. Contohnya orang yang bisa mengendalikan amarah, dengan melawan egonya sendiri, ia sudah sukses mengendalikan diri.
Salah satu indikator sukses adalah kemandirian finansial. Dimana seseorang mampu bekerja atau membiayai kehidupannya sendiri. Selanjutnya mampu mengelola anggaranya.
Tak jarang untuk mencapai indikator sukses itu orang-orang harus bekerja ekstra. Terutama bagi mahasiswa yang notabenenya masih punya kewajiban studi. Terkadang harus merelakan waktu luang untuk menghasilkan pundi rupiah.
Tidak ada yang salah dari mahasiswa yang dapat mencapai kemandirian finansial. Dalam keadaan masih kuliah namun sudah mampu memperoleh penghasilan sendiri, tentu akan membantu meringankan biaya kuliah yang ditanggung keluarga. Namun untuk mencapai hal tersebut tentu membutuhkan sebuah proses.
Begitu pula ketika sudah menjadi sarjana. Indikator kemandirian finansial terasa semakin jelas menunjukan seolah sukses hanya dapat diraih dengan mendapatkan pekerjaan dan gaji. Sementara itu, kita tahu bahwa mandiri secara finansial bukan satu-satunya indikator yang dapat dijadikan tolok ukur.
Mahasiswa yang belum bisa menyukupi kebutuhan finansialnya secara mandiri bukan berarti tidak sukses. Begitu pula para lulusan baru, tidak mungkin secara instan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi supaya dikatakan sukses.
Kemandirian finansial bisa dicapai dengan bertahap. Bisa dimulai sedikit demi sedikit hingga dapat menyukupi kebutuhan pribadi. Serta yang perlu digaris bawahi bahwa sukses itu sebuah proses yang standarnya ditentukan oleh diri sendiri.
Penulis: Zulfiyana Dwi H.