
Skmamanat.com- Lembaga Kesejahteraan Sosial Berbasis Mahasiswa (LKS-BMh) UIN Walisongo wakili kaum muda dalam acara Dialog Nasional Ketenagakerjaan Inklusif di Indonesia di Hotel Ayana Mid Plaza, Jakarta,Selasa (14/8/2018).
Berdasarkan rilis yang diterima skmamanat.com, acara tersebut digelar oleh Rajawali Foundation dan Pusat Transformasi Kebijakan Publik (Transformasi) melalui proyek kerja sama USAID-Mitra Kunci Strengthening Coordination for Inclusive Workforce Development in Indonesia (SINERGI), mengusung tema “Kelompok Aksi (POKSI) SINERGI dan Kunci Koordinasi Ketenagakerjaan Inklusif di Indonesia”.
Direktur Rajawali Foundation, Agung Binantoro, menjelaskan, acara dialog ini adalah bagian ketiga dari rangkaian dialog nasional tentang Ketenagakerjaan Inklusif di Indonesia merupakan salah satu dari kegiatan utama Proyek SINERGI.
“Untuk kesempatan kali ini, dialog nasional didukung oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Republik Indonesia, dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti),” jelas Agung.
Turut hadir sebagai narasumber, Direktur Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Kementerian PPN/Bappenas Mahatmi P Saronto ST, MSIE, Project Leader SINERGI Bambang Wicaksono, Kabag Humas Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Teguh Hadi, perwakilan PT Nuanza Porcelain Boyolali Roy Wibisono, serta Ketua LKS-BMh UIN Walisongo Semarang Nur Zaenab.
Zaenab mengatakan, obyek yang paling sering disinggung dalam Dialog Nasional kali ini adalah pemuda. Tidak sedikit pemuda punya mimpi yang besar dalam dunia pekerjaan, namun tak sesuai dengan apa yang mereka lakukan.
“Sebagian besar dari mereka berusaha keras mewujudkan cita-citanya namun baru dimulai ketika menginjak usia produktif. Usahanya pun cenderung memperdalam hardskill, padahal yang dibutuhkan para sektor swasta adalah softskill dan hardskill mereka secara seimbang dan maksimal,” ungkap mahasiswa jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Humaniora.
Dialog Nasional Ketiga ini membuat Perwakilan Kaum Muda mendapat tanggungjawab besar untuk menyampaikan kritik dan mewujudkan pesan dari para petinggi yang hadir. Selain itu, mereka ingin LKS-BMh mengajak para pemuda khususnya di Jawa Tengah agar berkemauan tinggi mengembangkan kemampuan hardskill dan softskill sesuai peminatan.
“Ketika kami menyelidiki dan mempertanyakan kendala pemuda-pemuda yang kami kenal dan disebarluaskan secara berantai, kendala mereka adalah kurangnya informasi dari pemerintah secara menyeluruh dan spesifik, bahkan belum bisa sampai ke telinga pemuda kurang mampu di desa,” ungkapnya.
Selain itu Zaenab menambahkan, persyaratan umum karyawan mayoritas pengusaha adalah berpendidikan formal minimal S1, padahal pendidikan formal tidak menjamin keahliannya di bidang pekerjaan yang dicari.
“Maka kami harap pemerintah dan pengusaha lebih selektif serta melihat kompetensi spesifik individual,” tegas Zaenab setelah ditanya moderator mengenai kondisi pemuda saat ini.
Beberapa jam dialog nasional ini berlangsung, menghasilkan komitmen antara pemerintah, pengusaha dan pemuda bahwa kita semua seharusnya saling bersinergi dan berkoordinasi mengurangi pengangguran yang ada di Indonesia.
Dimulai dari menyamakan perspektif bahwa bekerja bukan soal cari uang atau memperkaya diri, melainkan penegakan HAM untuk pemuda rentan kemiskinan maupun penyandang disabilitas. Para hadirin yang merupakan pemangku kekuasaan di Indonesia sepakat untuk merealisasikan proyek SINERGI. Lalu, mahasiswa UIN Walisongo Semarang menjadi sampel data LKS-BMh dalam pencegahan kaum muda menganggur atau buruh.
Reporter: Rima Dian Pramesti