• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Sabtu, 19 Juli 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Lenyapnya Identitas Kearifan Lokal dalam Arus Modernitas

Modernitas menjadi pemicu lunturnya kearifan lokal. Senada dengan ungkapan Anthony Giddens, bahwa modernitas berisiko merapuhkan tiang-tiang peradaban tradisionalisme.

by Redaksi SKM Amanat
3 tahun ago
in Esai, Artikel
0
kearifan lokal
Perempuan berkebaya, salah satu identitas kearifan lokal Indonesia yang telah lenyap pada era modern. (KITLV)

Quaritch Wales mencetuskan istilah kearifan lokal dalam disiplin Antropologi sebagai local genius. Local genius dimaknai sebagai penerimaan budaya asing oleh kebudayaan setempat sehingga memungkinkan terjadinya akulturasi. Namun, dapatkah penerimaan budaya asing diimplementasikan dengan baik kala modernitas berkembang?

Namun, dalam realita justru modernitas menjadi pemicu lunturnya kearifan lokal. Senada dengan ungkapan Anthony Giddens, bahwa modernitas berisiko merapuhkan tiang-tiang peradaban tradisionalisme.

Modernitas membuat masyarakat semakin teredukasi dan berkembang dalam ranah ilmu pengetahuan serta teknologi. Di samping hal positif yang disuguhkan, ada beberapa dampak modernitas yang menjadi ancaman serta dapat merenggut identitas bangsa.

Minimnya Minat Masyarakat Indonesia terhadap Kearifan Lokal

Di Indonesia, kearifan lokal menjadi pandangan hidup yang terwujud dalam berbagai ranah kehidupan seperti nilai sosial dalam masyarakat. Salah satu nilai yang dapat ditemui adalah tolong menolong yang terwujud dalam kegiatan gotong-royong.

Di era kekinian, generasi muda kurang akrab dengan berbagai nilai kearifan lokal. Selanjutnya membuat retasnya ikatan generasi muda dengan jati dirinya sebagai penerus yang akan mewarisi identitas bangsa. Sebagian besar dari mereka terbawa mengikuti arus modernitas. Dapat dilihat dari maraknya generasi muda yang berperilaku, berpenampilan, hingga memiliki gaya hidup berkiblat pada budaya asing.

Baca juga

Ita Martadinata dan Pemerkosaan Massal 1998: Fakta yang Dirabunkan dari Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

Kurangnya minat dalam melestarikan kearifan lokal menjadi salah satu faktor lunturnya tradisi. Berdasarkan analisis kearifan lokal Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) pada tahun 2016, tercatat hanya 5,90% penduduk melakukan kunjungan ke warisan budaya. Hasil olah SUSENAS MSBP 2015 juga menunjukkan sebanyak 70,2% masyarakat tidak menyaksikan pertunjukan seni budaya dalam kurun waktu tiga bulan.

Hal itu terjadi karena kurangnya pengetahuan akan potensi kearifan lokal. Edukasi pentingnya kearifan lokal tak sebanding dengan arus modernitas yang berkembang di lingkungan anak muda. Tentunya hal itu mengancam identitas bangsa sehingga kearifan lokal semakin kabur dari perhatian generasi terkini.

Tradisi yang memudar tidak dappat dibiarkan lebih lama. Sebagai langkah preverentif, edukasi kearifan lokal dapat dimasukkan sebagai pendidikan formal yang wajib diterima oleh generasi ke generasi. Nilai-nilai tradisional juga dapat diterapkan dan dikenalkan sejak dini, sehingga setiap generasi tetap merasa akrab dengan budaya di sekitar.

Tentunya kita tak ingin hidup tanpa identitas, hidup hanya dengan mengalir hanyut pada budaya asing. Melestarikan budaya lokal dalam keseharian adalah upaya untuk tetap memertahankan identitas. Jika bukan generasi masa saat ini, lalu siapa yang akan menyambungnya?

Penulis: Najwa Alfasahra Zen

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: kearifan lokalmodernitasopini
Previous Post

Gema Cup 2022: Turnamen Futsal se-Semarang sekaligus Branding FPK

Next Post

Belum Banyak Dikenal, Walisongo Campus Ambassador Sudah Banjir Kritikan

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

ita martadinata, pemerkosaan massal 1998, penulisan ulang sejarah indonesia, tragedi 1998, fadli zon
Nasional

Ita Martadinata dan Pemerkosaan Massal 1998: Fakta yang Dirabunkan dari Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

by Redaksi SKM Amanat
29 Juni 2025
0

...

Read moreDetails
Mencari Kebenaran, Pengetahuan Mitologi, Filosofi Esoteris, Freemasonry, Konspirasi Freemasonry

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

18 Juni 2025
Tren Stecu, Dampak Tren Stecu, Fenomena Stecu, Praktik Budaya Digital, Stecu

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

8 Juni 2025
Asupan Instastory, Fenomena Kesibukan Palsu, Fake Busy, Kesibukan Palsu Mahasiswa, Kesibukan Palsu

Kehidupan Setengah Hati demi Asupan Instastory

30 Mei 2025
Emosi Pria, Maskulinitas Pria, Budaya Patriarki, Standar Maskulinitas, Bias Gender

Realitas Semu Emosi Pria

13 Mei 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Prodi Baru UIN Walisongo, Prodi UIN Walisongo, UIN Walisongo, Prodi Baru, Pembukaan Prodi Baru

Berikut Beberapa Respons Mahasiswa terhadap Pembukaan 3 Prodi Baru UIN Walisongo

21 Juni 2025
giant sea wall, banjir rob, penyebab banjir rob, proyek strategis nasional, solusi banjir rob

Giant Sea Wall, Solusi atau Jalan Pintas Atasi Rob?

7 Juli 2025
PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

7 Juli 2025
SEMA UIN Walisongo, DPRD Kota Semarang, Audiensi DPRD, Kota Semarang, Suharsono

SEMA UIN Walisongo Adakan Audiensi ke DPRD Kota Semarang, Bahas Kemiskinan hingga Hukum

6 Juli 2025
Load More

Trending News

  • PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

    Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berikut Beberapa Respons Mahasiswa terhadap Pembukaan 3 Prodi Baru UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend