
Healing kini menjadi kegiatan populer yang dilakukan para generasi muda. Alasannya, ada perasaan jenuh yang muncul dari kegiatan sehari-hari. Pada titik itu, kelelahan mental akhirnya banyak mendera. Alhasil perasaan sedih, depresi, dan cemas ikut memengaruhi kondisi psikis.
Dalam dunia psikologi, healing dapat diartikan sebagai upaya pemulihan dari kondisi mental, trauma dan sebagainya. Tujuannya yaitu, untuk mendapatkan ketenangan batin dan jiwa. Healing bisa dilakukan seorang diri, tetapi tergantung dari kebutuhan tiap-tiap orang. Kebanyakan orang melakukan healing dengan cara jalan-jalan, makan di kafe, ataupun belanja. Namun, apakah cara tersebut benar-benar efektif?
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan melakukan healing. Ada yang menyebut jika aktivitas tersebut adalah proses membahagiakan diri sendiri. Dari sudut pandang lain, menyembuhkan diri dari kondisi psikologis tidak melulu harus healing. Terkadang malah keinginan healing justru bisa membangkitkan jiwa hedonisme khususnya dikalangan remaja seperti mahasiswa. Jalan-jalan, nongkrong di kafe, hingga belanja—bukankah semua itu menghabiskan banyak uang?
Ada sebuah konsep yang bisa dipelajari sebagai alternatif pengganti healing, yaitu stoisisme. Istilah ini muncul di Yunani pada abad ketiga. Dalam stoisisme, kita akan diajarkan agar bisa terbebas dari segala kesedihan dan tidak mengeluh atas apapun yang terjadi. Prinsip ini juga membuat manusia mampu memahami diri sendiri, mengendalikan perasaan takut terhadap rasa sakit, hingga mengetahui kekuatan serta kelemahan.
Konsep stoisisme sangat cocok untuk diterapkan para remaja. Sebab, masa remaja merupakan fase yang rentan akan perasaan-perasaan negatif. Kebanyakan dari mereka terkadang masih belum paham solusi mengatasi tiap persoalan dengan tepat. Lalu, bagaimana cara menerapkan stoisisme dalam kehidupan sehari-hari?
Tentukan Pilihan
Perasaan sedih maupun bahagia bisa menjadi pilihan. Stoisisme mengajarkan prinsip bahwa hidup ada dalam kendali kita sendiri. Ketika sedang terluka, kita berhak menentukan apakah ingin terus menangisi atau berdamai dengan situasi. Untuk apa terpuruk pada keadaan? Lebih baik fokus menata masa depan.
Tidak Memperumit Sebuah Masalah
Konsep stoisisme mengajarkan kita untuk menyederhanakan sebuah masalah. Sebab, sebuah masalah akan menjadi sumber penderitaan jika terlalu dibesar-besarkan. Tidak selamanya kehidupan akan terasa bahagia, adakalanya kecewa tetap mendera. Nikmati saja proses yang berjalan. Terkadang kita bisa belajar sesuatu dari sebuah persoalan.
Lakukan Journaling
Journaling adalah kegiatan menuliskan isi pikiran maupun perasaan di sebuah kertas. Istilah gampangnya menulis diary. Mengapa dilakukan? Dalam konsep stoisisme, menulis sangatlah penting.
Journaling dapat membantu kita merefleksikan diri atas apa yang dialami, bahkan melihat sisi lain dari sebuah masalah. Menurut psikolog terkemuka di bidang expressive writing, journaling dapat menurunkan tingkat depresi serta meningkatkan kualitas sosial hubungan manusia. Selain itu juga berguna bagi kesehatan karena meningkatkan sel imun, menurunkan tekanan darah tinggi, bahkan meningkatkan kualitas tidur seseorang. Kreativitas menulis kita tentunya akan ikut terasah.
Penulis: Erika Layliyah