Air. Apa yang akan terjadi kala ia tidak ada? Ide cerita itu yang coba dikembangkan dalam film Sontoloyo (2018) garapan sutradara Kiky Zkr.
Film ini dibuka dengan segerombolan masyarakat dengan jerigen di tangan yang menanti truk tangki pembawa air, bantuan dari pemerintah. Wajah mereka gelisah. Di sela sela penantian itu, Jibun (Yabes) dan Tayo(Kirun) mengerutu menunggu bantuan air yang tak kunjung datang.
Kemudian datang sepasang kakek-kakek (Rugi dan Duri) dengan membawa jiregennya. Mereka meletakanya di antrian paling depan. Lantas mengakibatkan Jibun dan Tayo memprotes tindakan tersebut.
Yang menjadi daya tarik terik sekaligus kekuatan dalam film ini adalah adegan percakapan antar tokoh yang harus menyentil pemerintah. Sutradara berhasil menggambarkan percakapan khas orang-orang desa. Seperti ketika, bantuan janjian kepada masyarakat di tengah krisis yang tak kunjung datang.
Pada adegan selanjutnya kita diperlihatkan adegan yang dramatis. Ketika, seorang tokoh agama di kampung itu meninggal dunia. Keluarga meminta, supaya sang jenazah dimandikan, namun air tidak ada. Akhirnya, mereka meminta masyarakat untuk menyumbangkan persediaan air yang dimilikinya sebagai balasan atas jasa si mayit.
Sewaktu hidup, ia berkah berkata, “kalau untuk perkara dunia kita harus hemat, tapi kalau untuk perkara akhirat kita harus jor-joran.”
Ucapan itu keluar ketika, ia tidak tega melihat anak Minu yang terus menangis kehausan dan memangil anak perempuanya yang bernama Lulu (Joanna Dyah) untuk mengambilkan cadangan air yang ada di dalam rumah pak kyai.
Adegan lucu dalam film ini adalah, ketika pak tamir menyiarkan di musholla, namun tiba-tiba listrik di musholla mati, para wargapun binggung dan menyangka itu siaran kalau kiriman air sudah datang lantas para warga langsung bergegas mendatangi musholla sambil membawa jiregen masing-masing. Tetapi saat para warga hendak ke musholla melihat para jamaah sedang mempersiapkan pemandian jenazah akrirnya para warga belok kerumah pak kyai, kemudian pak tamir menjelaskan kepada warga kalau ini salah paham tadi bukan siaran kiriman air datang tetapi siaran kematian.
Penulis film ini adalah Syaikhu Luthfi mahasiswa UIN Walisongo Semarang, ia mendapat ide dari kisah nyatanya saat mendaki gunung merapi yang bebarapa bulan baru mengalami erupsi, sang penulis merasakan betul bahwa air lebih berharga daripada emas dan berlian.
Film ini sangat menginspirasi dan sangat mendidik bagi si pembaca karena mengandung banyak pesan-pesan kehidupan didalamnya.
Namun Sinematografi yang dihadirkan terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang membuat kagum dalam film yng berdurasi 80 menit ini, tapi mampu mengambarkan sebuah desa yang sedang mengalami kekeringan secara nyata.
Judul: Sontoloyo SCTV (2018)
Genre: Drama
Sutradara: Kiki ZKR
Penulis Naskah: Syaikhu Luthfi
Negara: Indonesia
Tayang pada: 17 Desember 2018, Senin pukul 23.30 WIB
Resentator: Muhammad Shafril Hidayat