
Melihat fenomena LGBT yang marak di Indonesia dan makin terang-terangan akhir-akhir ini memang menyedihkan. Apalagi dalam sejarah misalnya, yang sudah dijelaskan dalam kitab Al quran mengenai wilayah sodom yang kena azab oleh Allah SWT.
Rupanya, ada sekelumit kisah nyata yang, sayangnya peristiwa tersebut tidak pernah disinggung dalam buku pelajaran sekolah. Ya. Kisah itu menceritakan perilaku kaum Sodom yang senang bermaksiat lantas, dikubur oleh Allah dalam satu malam hingga tak bersisa.
Salah satu azab Allah paling dahsyat yang dikisahkan dalam Alquran adalah tentang pemusnahan kaum Nabi Luth. Mereka diazab Allah lantaran melakukan praktik homoseksual. Dalam kitab Perjanjian Lama dijelaskan, kaum Nabi Luth ini tinggal di sebuah kota bernama Sodom sehingga praktik homoseksual saat ini kerap disebut juga sodomi.
Pada waktu itu, Nabi Luth mengajak mereka untuk beriman dan beribadah kepada Allah, meninggalkan kebiasaan mungkar, menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan, menghindari bujukan iblis dan setan.
Ia memberi peringatan kepada mereka bahwa Allah-lah yang telah menciptakan mereka dan alam sekitar. Allah tidak meridhoi amal perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Selain itu, Allah juga akan memberi ganjaran setimpal dengan amal perbuatan mereka.
Melihat hal itu, Nabi Luth pun berseru agar meninggalkan adat kebiasaan keji mereka yang melakukan perbuatan homoseksual dan lesbian. Luth menyatakan perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung di dalam penciptaan manusia yang diciptakan menjadi dua jenis yaitu lelaki dan wanita.
Pun kepada mereka ketika diberi nasihat supaya menghormati hak milik masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perampokan serta pencurian yang selalu mereka lakukan di antara sesama mereka dan terutama kepada musafir yang datang ke Sadum.
Nabi Luth juga tak henti-hentinya menerangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu hanya akan merugikan mereka sendiri, kerana akan menimbulkan kekacauan dan ketidakamanan di dalam negeri sehingga masing-masing dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.
Namun Kaum Sodom tidak semudah itu dibalikkan pemikirannya. Mereka tetap melakukan semua kegiatan maksiat dan kejahatan. Kemudian Nabi Luth memohon kepada Allah agar semua kaum Sodom diberi azab seberat-beratnya karena tidak mau mengikuti jalan yang benar dengan menyembah Allah SWT dan terus melakukan perbuatan keji. Akhirnya, azab pun datang menghampiri kaum Sodom
Perlu diketahui, kaum Sodom merupakan masyarakat yang indentik dengan kerusakan moral parah. Bahkan, akhlaknya pun sulit dibenahi. Mereka tidak memiliki agama, nilai kemanusiaan yang beradab, dan belas kasihan.
Pencurian dan perampasan harta merupakan kejadian sehari-hari di mana yang kuat menjadi penguasa sedangkan yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang.
Yang lebih parah lagi adalah mereka senantiasa melakukan maksiat, yakni berhubungan seks dengan sesama jenis. Laki-laki dengan laki-laki alias homoseksual, begitu pun juga dengan sesama perempuan atau yang lebih dikenal dengan lesbian.
Layaknya orang jungkir balik atau terguling, kerap bagian kepala jatuh duluan, lalu diikuti badan dan kaki. Begitu pula Kota Sodom, saat runtuh dan terjungkal, bagian atas kota itu duluan yang terjun ke dalam laut, sebagaimana Allah kisahkan dalam Alquran,
”Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu (terjungkir balik sehingga) yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (Surat Huud [11]: ayat 82).
Hal serupa ternyata juga pernah terjadi di Indonesia. Ya, inilah kisah tentang Dukuh Legetang yang, masuk dalam wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah. Peristiwa sejarah itu bermula di tahun 1955 kala bumi Legetang dilanda hujan yang lebat di dukuh tersebut. Akan tetapi, masyarakat masih terlarut dalam kemaksiatan dan enggan memperdulikan bencana yang akan datang.
Kala masih terjebak dalam euforia itu, tiba-tiba saja terdengar suara keras seperti sebuah benda besar dijatuhkan di sana. Bahkan, suara tersebut sampai ke desa tetangganya.
Sebagai informasi, masyarakat Dukuh Legetang umumnya menjadi ahli maksiat, sama seperti kaum Sodom dalam kisah Nabi Luth. Setiap malam, mereka mengadakan pentas Lengger. Sebuah kesenian tradisional yang dibawakan oleh penari perempuan maupun sesama yang berujung pada tindak perzinaan dan tindak LGBT.
Jika dilihat, kisah di atas sekiranya dapat merepresentasikan apa yang menjadi kondisi dunia hari ini yang, semakin hari semakin menuju arah kehancuran moral.
Penulis: Agus