Amanat.id – Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo menyelenggarakan Dibaan Para Kiyai, Guru Besar, Sesepuh dan Pengajian Akbar dalam rangka Dies Natalis ke-51. Acara tersebut berlangsung secara offline di Auditorium II Kampus 3 UIN Walisongo Semarang dengan menerapkan protokol kesehatan serta secara online melalui zoom dan live Youtube pada Senin, (05/04/2021).
Acara ini menghadirkan KH. Anwar Zahid. Dalam Tausiyahnya ia menyampaikan kondisi Islam di Indonesia pada masa sekarang. Salah satunya budaya telat yang sudah umum terjadi di masyarakat.
Ia menjelaskan bahwa budaya telat tidak jauh dari fitrah sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Mengingat Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14 sedangkan di negara-negara Eropa, Islam sudah masuk sejak abad ke-7. Karena masuknya Islam ke Indonesia sedikit terlambat ikut pula pada kebiasaan masyarakat Indonesia.
Proses masuknya Islam ke Indonesia dibawa Walisongo. Para wali merintis dan mengembangkan Islam di Indonesia melalui pondok pesantren. Peran pondok pesantren melahirkan para ulama-ulama yang mengajarkan dan menyebarkan agama Islam. Kehadiran para ulama tidak terlepas dari sosok Kiyai yang membimbing mereka.
“Jika kita lihat masuknya Islam ke Indonesia memang sedikit terlambat dibadingkan dengan negara-negara lain seperti Eropa. Karena hal tersebut kemudian berlanjut ke kebiasaan masyarakat sampai sekarang,” tuturnya.
Tambah dari Ulama asal Jawa Timur tersebut bahwa, uswatun hasanah juga menjadi metode yang digunakan Walisongo. Di Indonesia banyak orang berpidato, tetapi tidak mampu memberi contoh. Bisa dikatakan sebagai manusia kaya trik tetapi minim action.
“Walisongo juga menggunakan metode Uswatun Hasanah dalam menyebarkan agama Islam,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa Jihad pada masa sekarang adalah hidup di jalan Allah bukan melakukan tindak terorisme. Islam mengajarkan moderat yang ditegakkan sebagai Rahmatan lil alamin dengan mengembangkan syariat dalam adat Istiadat.
“Jihad di masa sekarang hidup di jalan Allah bukan melakukan tindak terorisme,” tambahnya.
Reporter: Nur Aeni Safira