Amanat.id- Acara Dialog Publik dan Pelantikan lembaga eksekutif mahasiswa, yang diadakan oleh Dewam Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Diadakan di Auditorium I Kampus 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Senin, (21/02/2022).
Acara ini mennghadirkan dua pemateri yaitu Taslim Syahlan selaku Ketua FKUB Jawa Tengah, dan Imam Fadhillah selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim. Tema yang diambil acara ini adalah “Aktualisasi Potensi dengan Semangat Kolaborasi Demi Terwujudnya Eksekutif yang Adaktif dan Inovatif dalam Bingkai Moderasi Agama”.
Taslim Syahlan mengatakan pada acara ini bahwa sangatlah penting peran mahasiswa dalam memperkuat moderasi beragama. Peran-peran yang dapat dicontoh dapat dilihat dalam Forum Kerukunan Umat Beragama.
“Disini kami FKUB bisa berkolaborasi dengan DEMA dan beberapa organisasi ekstra kampus lainnya. Dan sangat senang apabila bisa membahas kasus-kasus intoleransi beragama dengan mahasiswa,” tuturnya.
Menurutnya banyak sekali kasus-kasus dan aksi yang intoleransi beragama dalam beberapa tahun terakhir. Yang seharusnya mahasiswa ketahui dan memiliki strategi masing-masing dalam menghadapinya.
“Hitung saja ketika kita masuk reformasi, kita telah dihadapkan oleh kejutan-kejutan luar biasa oleh aksi-aksi radikalisasi. Dengan begitu, mahasiswa dapat memiliki peta scenario dan kemudian dapat masuk di bagian terdepan deradikalisasi,” tambahnya.
Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim, Imam Fadhillah mengatakan bahwa dalam kehidupan beragama itu ada yang tetap dan ada yang berubah.
“Dalam kehidupan beragama itu ada yang tetap, dan ada yang berubah. Bagian yang tetap adalah nilai-nilai luhur misalnya keadilan, kesejahteraan dan lain-lain. Namun bagian yang berubah ialah nilai-nilai fikih,” ungkapnya.
Beberapa indikator dalam moderasi beragama juga disampaikan oleh Imam Fahillah, namun menurtunya yang terpenting ialah komitmen kebangsaan.
“Lalu indikator moderasi beragama yaitu, satu memiliki komitmen kebangsaan. Ini adalah salah satu indikator terpenting. Dimana kita dalam beragama juga harus memliki rasa nasionalisme. Namun kembali lagi harus dalam takaran yang pas dan tidak berlebihan.” tambahnya.
Reporter : Erlita Mirdza S