Seringkali, orang yang diam adalah mereka yang disepelekan. Diam dianggap tidak tahu apa-apa. Bisa juga diangap terlalu takut untuk berbicara.
Akan tetapi, diam tak selamanya memiliki pemaknaan seperti itu. Terkadang, orang yang memilih diam adalah mereka yang memendam amarah. Ada alasan mengapa mereka memilih diam dan memendam amarah.
Dalam filosofi Jawa, terdapat buku yang berisi ramalan berupa perhitungan hari baik, buruk ataupun hari nahas yang disebut sebagai primbon. Buku itu menghimpun berbagai pengetahuan kejawaan. Juga berisi rumus-rumus ilmu gaib, sistem penghitungan hari kebaikan dan keburukan, hingga digunakan untuk keperluan lain.
Weton atau perhitungan hari lahir beserta pasaran (Legi, Pahing, Pon Wage, Kliwon) adalah patokan yang digunakan dalam kehidupan Jawa sebagai penanda karakter seseorang. Dalam kitab Primbon Betaljemur Adammakna menyebut terdapat karakter pendiam tapi mematikan, yaitu seseorang yang lebih memilih diam ketika dicela. Sebab, ia tahu ketika amarahnya lepas kendali, segala sesuatu di sekitarnya mengalami kerusakan lebih parah.
Yang dilakukan orang tersebut, dalam ilmu Psikologi disebut sebagai Silent Treatment. Medical News Today mendefinisikan Silent Treatment sebagai kondisi diamnya seseorang yang diakibatkan oleh perlakuan orang lain terhadap dirinya dalam jangka waktu yang lama.
Barangkali, Silent Treatment memang terdengar sepele. Namun, secara psikologis, orang yang menjadi korban Silent Treatment, lambat laun akan merasa hampa dan kosong. Ia mulai kehilangan tempat untuk berkomunikasi. Bahkan, secara tidak langsung telah mengalami apa yang disebut ahli Psikologi sebagai kekerasan emosional.
Lantas, apakah yang dilakukan oleh pelaku Silent Treatment itu salah? Tentu tidak tepat kiranya menilai salah atau benar karena melakukan Silent Treatment adalah pilihan individu. Dan setiap pilihan pasti memiliki konsekuensi masing-masing.
Mendiamkan orang adalah cara terbaik bagi mereka dibanding meluapkan emosi yang justru bisa merusak hubungan pertemanan. Meski begitu, ia bukanlah orang pendendam. Ada kalanya sesuatu yang selama ini dipendam akan diutarakan di kemudian hari. Hanya perlu menunggu waktu yang tepat.
Sekali lagi, jangan remehkan orang pendiam!
Penulis: Lawinda Rahmawati