Penampilan Teater Wadas FDK: Potongan adegan, pasca sepeninggalan suaminya, Darmi (tengah) mengajak anaknya Marwoto (kiri) dan Siti (kanan) mangambil jalan pintas untuk merubah hidup. |
Skmamanat.com- “Ngebut Benjut” membawa para penikmat seni teater pada espektasi rupa babak belur setelah melarikan diri dari pasal pelik. Namun espektasi itu telah bebas terlebur dalam serangkaian adegan yang sama sekali tidak membenjutkan aktor dalam Pemetasan karya sutradara Shodiqul Miftakhul Hamid yang dipentaskan oleh Komunitas Seni Kampus (KSK) Wadas di Auditorium I Kampus I UIN Walisongo Semarang, Rabu (13/9).
Dalam kehidupan nyata manusia selalu ternegosiasi dengan keberadaan lawan hidup, baik dalam urusan ekonomi, percintaan maupun kegiatan sosial lain. Permasalahan terus datang kepada Darmi. Suaminya, Jarjit bermain judi dan minum-minuman keras. Hal tersebut tak selesai sampai disitu saja, Jarjit masih terus haus dosa. Ia bermain perempuan di Wisma Temon.
Kisah hidup Darmi terus berjalan dengan bersempoyongan. Hidup memang singkat namun tidak pernah ada dalil untuk mendiferensial permasalahan dengan memangkas usaha, meskipun begitu tak ada pula dalil untuk terus berlama-lama dalam kesedihan.
Setelah suaminya meninggal ketika mabuk dan bermain judi, Darmi mengambil jalan pintas untuk melunasi hutang suaminya dengan menjual tubuhnya dan memperkerjakan anaknya menjadi pencopet serta menjual tubuh.
Dalam proses yang singkat membuat Darmi begitu sangat tenang menghadapi segala permasalahan. Seketika itu pula hidupnya benjut lantaran Marwata tertangkap basah ketika mencopet. Benjut sebenjut-benjutnya keadaan.
Diman, Penikmat teater dari Komunitas Teater Kebon Tebu (TKT) Yogyakarta mengatakan, pementasan teater ngebut benjut akan sukses apabila masuk kategori pementasan surealis. Begitu disayangkan, pada pementasan ngebut benjut harus disertai dengan kemunculan sesosok makhluk halus.
“Dengan begitu pentas teater ngebut benjut masuk kategori semi surealis,” ungkapnya.
Percakapan Darmi dengan makhluk halus, sehari sebelum ia, Marwoto dan Siti merubah hidup. Darmi dan Siti menjadi pelacur, sedang Marwoto menjadi pencopet di Pasar. |
Cerita seru dan pentas yang menarik disajikan dengan nilai sosial yang tinggi. Pun begitu, dalam pentas itu memiliki himbauan untuk menjaga hubungan baik dengan siapapun.
Dalam diskusi, Shodiq menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam pentas ini ialah manusia sebagai makhluk sosial jangan meniru apa yang dilakukan oleh Darmi. Ia, kata Shodiq, terlalu terburu-buru mengambil langkah tanpa mempertimbangkan efek dari keputusannya.
“Ikuti alur cerita kehidupan, jangan memangkas besarnya usaha kalau tidak ingin benjut,” jelasnya.
Penulis: Wiwid Saktia N.