Amanat.id- Anggota Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo yang menjadi korban kericuhan debat kandidat calon Ketua dan Wakil Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) memberikan keterangan terkait kronologi kejadian, Selasa (28/11/2023).
Korban merupakan Ketua Divisi Verifikator Pemilwa UIN Walisongo yang bernama Fadel Irmansyah.
Ia menjelaskan bahwa beberapa mahasiswa datang saat debat kandidat berlangsung. Fadel pun mendatangi mereka untuk mengajak audiensi dan menanyakan surat izin aksi.
“Awalnya mereka datang ketika debat, saya datangi dan ajak audiensi, tetapi mereka tidak mau dan saya tanyakan dengan sedikit nada tegas terkait surat izin untuk aksi tersebut,” katanya.
Menurutnya, terjadi banyak gesekan antara massa aksi dengan Satuan Pengamanan (Satpam) dan KPM UIN Walisongo.
“Banyak gesekan dari massa aksi dengan beberapa tim keamanan, seperti satpam dan dari KPM UIN Walisongo,” sambungnya.
Ia mengaku, dirinya mendapatkan gesekan dari massa aksi hingga menyebabkan bibirnya robek ketika ikut mengamankan.
“Saya pun ikut mengamankan, tetapi mendapatkan sikuan dari massa hingga bibir saya robek,” tambahnya.
Fadel mengatakan, saat Ketua KPM UIN Walisongo diamankan, massa aksi mencari dirinya selaku Tim Verifikator, juga karena tidak terima saat dirinya melerai.
“Ketika Ketua KPM diamankan, mereka kembali mencari saya sebagai Tim Verifikator Pemberkasan dan tidak menerima atas tarikan saya yang berniat untuk melerai kericuhan,” ucap Fadel.
Ia juga mengatakan bahwa kepalanya terluka dan mendapatkan 3 jahitan.
“Kepala terluka. Saya tidak tau terluka karena benturan atau senjata tajam, tapi saya dikeroyok dan harus mendapatkan tiga jahitan,” ujarnya.
Selain luka di kepala, lanjutnya, dada dan punggungnya pun bengkak akibat hal tersebut.
“Dada dan punggung saya kena dan bengkak,” tambahnya.
Ketika melihat video kericuhan saat debat kandidat tersebut, Fadel menemukan kesamaan orang yang ada di video dengan massa yang melakukan aksi.
“Saya pribadi melihat video pengeroyokan saya dan melihat video massa aksinya saat itu. Kemudian, saya coba samakan dengan video-video yang ada. Di kampanye Partai Pembaruan Mahasiswa (PPM) itu orangnya sama dengan orang yang mengadakan aksi,” paparnya.
Salah satu anggota Partai Mahasiswa Demokrasi (PMD), Putra (nama samaran) menduga bahwa massa aksi berasal dari salah satu partai.
“Teman-teman saya melihat orang-orang yang sama seperti dalam video kampanye pasangan calon (paslon) satu menjadi demonstran juga, itu yang kami kecewakan. Saya juga melihat video ketika konvoi yang dibuat dari teman paslon satu. Ada beberapa orang yang menjadi, paling tidak sebagai penyokong dari aksi tersebut,” jelasnya.
Ia mengaku, partainya merasa dirugikan dengan adanya kericuhan tersebut.
“Kawan-kawan dan kader PMD lainnya merasa sangat dirugikan karena pada saat itu kita tidak tahu apa-apa, tapi akhirnya terlibat dari kerusuhan tersebut,” katanya.
Menurut Calon Wakil Ketua DEMA-U sekaligus anggota PPM, Hakim, aksi tersebut terjadi karena ada kekecewaan mahasiswa terhadap sistem Pemilwa UIN Walisongo.
“Saya melihat kemarin itu murni dari kegelisahan mahasiswa, merasakan ketidakpuasan dari diri mereka terkait dengan sistem Pemilwa,” ucap Hakim.
Hakim menuturkan, ketika kericuhan terjadi, para paslon fokus kepada pertanyaan panelis. Ia juga mengaku, belum mempunyai data orang-orang yang terlibat dalam aksi.
“Awal muka bentrok, saya pribadi dengan paslon dia fokus terhadap pertanyaan panelis. Awal mula yang memicu siapa dan yang membalas siapa, saya belum ada data terkait itu,” ujarnya.
Anggota PPM, Muhammad Ridwan telah dihubungi oleh tim Amanat.id pukul 13.46 WIB, Selasa (28/11/2023). Namun, belum ada jawaban hingga berita ini diterbitkan.
Reporter: Gojali
Editor: Revina