Amanat.id- Kekerasan seksual marak terjadi di tengah masyarakat. Merespon hal tersebut, Kelompok 29 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Inisiatif Terpadu (MIT) Dari Rumah (DR) ke-13 mengadakan webinar bertema “Pelecehan Seksual Kerap Terjadi: Kesetaraan Gender Sebatas Mimpi”. Kamis (27/01/2022).
Webinar tersebut mengundang narasumber langsung dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang Ruhudini Nurchayati. Selain itu, acara tersebut juga mengundang Titik Rahmawati selaku Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Walisongo sebagai keynote speaker.
Titik menjelaskan bahwa tindakan pelecehan seksual banyak terjadi di kampus. Berdasarkan hasil survei, 19,2% dosen dan tendik (tenaga pendidik) pernah mendapatkan komentar yang berbau seksual, membuat guyonan, dan cerita melecehkan yang dilakukan baik oleh orang yang bekerja di UIN Walisongo maupun mahasiswa. Selain itu, 41,2% mahasiswa juga pernah mendapatkan hal yang sama.
“Ternyata masih banyak mahasiswa maupun mahasiswi yang mendapat pelecehan, baik verbal maupun non verbal,” terang Titik.
Jenis kekerasan itu antara lain, relasi personal, perdagangan manusia, kejahatan seksual, dan relasi keluarga. Kekerasan itu sendiri memberikan dampak seperti pelanggaran intensitas tubuh, penurunan harga diri dan percaya diri, tidak aman dan tidak dipercaya.
Titik juga menjelaskan bahwa UIN Walisongo telah menjadi salah satu kampus responsif gender. Sebab telah memenuhi seluruh syaratnya. Yaitu mempunyai profil gender, lembaga PSGA, SK Rektor soal pengarusutamaan gender, penelitian berbasis gender, dan mewujudkan kampus yang aman, damai, dan bebas dari kekerasan seksual.
“Sebagai kampus riset terdepan, kita harus bangga menjadi bagian dari kampus yang responsif gender, dan memiliki fasilitas penunjang implementasi SK Rektor yang lengkap mengenai pencegahan kekerasan seksual,” ujar Titik.
Bagi para dosen, tendik, dan mahasiswa diharapkan mampu mewujudkan kampus responsif gender. Selain itu, bagi yang merasa mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, bisa segera melapor kepada lembaga PSGA di UIN Walisongo.
Nurchayati dari DP3A Kota Semarang juga menambahkan jika laki-laki dan perempuan itu memiliki peran yang sama. Sehingga kesetaraan gender dalam proses pembangunan nasional perlu diwujudkan bersama-sama.
“Kesetaraan gender itu perlu diwujudkan bersama-sama. Karena laki-laki dan perempuan punya peran yang sama. Mereka sama-sama bisa berpartisipasi dalam keamanan, pertahanan, ekonomi, dan juga kesamaan untuk menikmati hasil pembangunan,” tutup Nurchayati.
Reporter: Ika Asmani
Editor: Erlita Mirdza S