Setiap tahunnya, umat Islam pasti menyambut datangnya bulan Ramadan. Satu bulan penuh, umat Islam harus menahan lapar, dahaga, serta hawa nafsu.
Puasa menjadi kewajiban bagi setiap umat Islam. Namun, tahukah kamu bahwa ada tingkatan orang berpuasa?
Dalam Kitab Ihya Ulumuddin, Imam Al Ghazali mengelompokkan orang berpuasa ke dalam tiga tingkatan, yaitu awam, khawas, dan khawatir khawas. Lalu, apa perbedaan ketiganya?
Pertama, Awam. Puasa awam adalah yang hanya sebatas menahan makan dan minum. Puasa awam juga identik dengan mereka yang bertanya, “Apakah sikat gigi membatalkan puasa?”, “Apakah kentut di air membatalkan puasa?” atau hal-hal dasar lainnya.
Mereka yang berada di tingkatan ini cenderung menjaga puasa hanya dari hal yang zahir, seperti tidak makan dan tidak minum. Belum sampai pada tahap menjaga hati, pikiran, dan hawa nafsu.
Menurut Imam Al Ghazali, tingkatan ini merupakan gerbang untuk mencapai puncak tertinggi. Sehingga, janganlah membatalkan puasa hanya karena ada di tingkatan ini.
Kedua, Khawas. Puasa khawas adalah puasa orang awam dengan diimbangi menjaga anggota tubuh. Mata tidak digunakan untuk bermaksiat, telinga tidak digunakan untuk mendengar hal buruk, dan tangan tidak digunakan untuk menyakiti orang.
Orang yang berada di tingkat ini akan menggerakkan tubuhnya untuk melakukan apa yang diperintahkan Allah SWT. Mereka pun sudah bisa menjaga puasa dari hal yang zahir dan tidak.
Namun, sangat sulit bukan menjaga hasrat saat ada teman yang mengajak kita bergosip?
Untuk mengatasinya, kita bisa mencoba strategi Socrates. Saat ada teman yang mengajak bergosip, lontarkan pertanyaan seperti, “Apakah hal ini bermanfaat?” dan “Apakah hal ini baik atau buruk?”.
Puncak tertinggi dari tingkatan puasa adalah puasa khawasul khawas. Imam Ghazali mengatakan bahwa orang yang bisa mencapai tingkatan ini adalah mereka yang meninggalkan seluruh sifat keduniaan, seperti Wali Allah, Sufi, dan Nabi.
Tak ada sedikit pun niat di benak mereka untuk melihat maksiat dan mendengarkan hal-hal buruk. Ketika berniat melakukannya, maka mereka menganggap bahwa puasanya batal.
Hal tersebut menunjukkan bahwa puasa bukan tentang menahan makan dan minum saja, tetapi juga menjaga kesucian hati dan pikiran.
Itulah tiga tingkatan orang berpuasa menurut Imam Al-Ghazali. Ketiga tingkatan tersebut bukan bermaksud untuk membeda-bedakan atau membandingkan iman seseorang. Poin pentingnya adalah supaya kita mengerti hikmah yang bisa dipetik dari berpuasa. Supaya kita mengerti hikmah yang bisa dipetik dari berpuasa.
Kiki Yuli Rosita