• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Sabtu, 19 Juli 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Kematian

Kian hari, pesta kematian kian ramai. Di balik riak tawa dan canda, kematian bersembunyi mencari mangsa.

by Agus Salim I
4 tahun ago
in Esai
0
sumber ilustrasi: intisari.grid.id

Di sebuah rumah dekat Jalan Pantura, seorang remaja ditinggal sendiri oleh keluarganya. Usianya 16 tahun. Siang itu, ia hendak menonton televisi. Namun, televisi tersebut dalam keadaan rusak. Ia lantas memperbaiki televisi berukuran 21 inch merk Toshiba. Padahal, ia tidak mempunyai keterampilan memperbaiki alat elektronik.

Tangan kanannya mengambil kabel lalu mencolokkannya ke sumber listrik. Sementara, tangan kirinya memegang mesin televisi yang sudah dibongkar. Ia tidak sadar, kabel yang ia pegang terkelupas. Tembaga kuning terlihat jelas menyembul dari dalam kabel. Tak beberapa lama kemudian, kematian datang menjemput. Ternyata siang itu ia hendak menonton acara favoritnya di televisi, guna mengenang acara favorit mendiang nenek yang amat dikasihinya. Ironis.

Selang beberapa hari kemudian, 500 meter dari rumah remaja tersebut, kakek berusia 78 tahun mengalami stroke. Menurut kepercayaan setempat, kakek tersebut sudah memasuki fase awal kematian. Dalam adat kematian, orang Jawa mempunyai tata cara sendiri menurut perhitungan penanggalan Jawa atau Petungan. Petungan ini sudah ada sejak dulu, sebagai hasil dari rangkaian perjalanan leluhur tentang baik buruknya kehidupan.

Jelaslah kematian ada di sekitar kita. Ungkapan ini tidak mengada-ada. Setiap detik terjadi kematian, entah di belahan dunia mana. Bagaikan udara di sekitar, kematian mengintai dari segala arah.

Kian hari, pesta kematian kian ramai. Ini bisa terjadi pada siapa saja;orang asing, sahabat, keluarga, bahkan diri sendiri. Di balik riak tawa dan canda, kematian bersembunyi mencari mangsa. Seringkali ia menciptakan kesedihan tiada tara. Ia hadir dan melenyapkan semua tawa di wajah. Bagaimanapun menyakitkan kematian tetap adalah sesuatu yang alami. Tak ada yang bisa mencegahnya. Kita bisa berupaya lari darinya. Namun hanya soal waktu, sebelum ia merengkuh kita ke dalam pelukannya, bagaimanapun caranya.

Baca juga

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

Gerakan New Left dan Perseteruannya dengan John Lennon

Seorang filsuf jerman, Martin Heidegger menyebut kematian jenis ini sebagai off-liven, sebuah kematian yang niscaya akan datang dan tak bisa dihalangi oleh apa pun dan siapa pun. Dalam konteks ini, manusia mati karena Tuhan sudah menentukan ajalnya sampai usia tertentu. Bahkan, semuanya sudah ditentukan pula tempat di mana ia akan mati.

Sepanjang sejarah kemanusiaan, kematian telah menggerakkan orang untuk berpikir tentang apa itu kehidupan dan bagaimana menjalaninya. Kita ingat bahwa awal kemunculan pemikiran di Yunani, mengapa Thales, Socrates, Plato dan bahkan Epicurus menghabiskan waktu untuk menceritakan apa itu esensi kehidupan kalau bukan karena ketakutan akan datangnya kematian?

Ketakutan itu disebabkan oleh mitos-mitos dalam Yunani akan suramnya kematian yang menghantui tiap detik napas yang silih berganti mengisi paru-paru kemanusiaan mereka. Fakta kematian adalah gerak jarum jam yang menyadarkan tentang kemanusiaan dan membuatnya mencari makna.

Mengingkari kematian berarti menentang alam. Dan itu adalah upaya yang sia-sia. Tak menerima kematian sebagai fakta kehidupan adalah bagian dari delusi yang tak berguna.

Penulis: Agus

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: kematianmartin heideggertakut matitentang kematian
Previous Post

Masyarakat, Corona dan Plato

Next Post

Wanita: Apa dan Bagaimana?

Agus Salim I

Bukan penulis mapan

Related Posts

Mencari Kebenaran, Pengetahuan Mitologi, Filosofi Esoteris, Freemasonry, Konspirasi Freemasonry
Esai

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

by Moehammad Alfarizy
18 Juni 2025
0

...

Read moreDetails
Tren Stecu, Dampak Tren Stecu, Fenomena Stecu, Praktik Budaya Digital, Stecu

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

8 Juni 2025
new left, gerakan new left, sejarah new left, gerakan penolakan perang vietnam, chicago 7, john lennon

Gerakan New Left dan Perseteruannya dengan John Lennon

13 Februari 2025
Ekonomi Hijau, Pengembangan Ekonomi Hijau, Manfaat ekonomi hijau, Ekonomi Hijau Indonesia, Green Economy

Raih Keseimbangan dengan Ekonomi Hijau

27 Januari 2025
Ilustrasi seseorang menemukan makna kehidupan (istockphoto.com)

Alegori Kehidupan yang Absurd

8 Januari 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
SEMA UIN Walisongo, Ketua SEMA UIN Walisongo, Safrizal, UIN Walisongo, Kenaikan UKT

Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

7 Juli 2025
giant sea wall, banjir rob, penyebab banjir rob, proyek strategis nasional, solusi banjir rob

Giant Sea Wall, Solusi atau Jalan Pintas Atasi Rob?

7 Juli 2025
Pendidikan Barak Militer, Kontroversi Pendidikan Barak, KDM, Guru Besar UIN Walisongo, Raharjo

Tuai Pro Kontra, Guru Besar Pendidikan UIN Walisongo Tanggapi Program Pendidikan Barak Militer KDM

21 Juni 2025
Konflik Iran-Israel, Perang Dunia 3, Dampak Perang Dunia, Perang Timur Tengah, Konflik Internasional

Nasib Indonesia dalam Konflik Iran-Israel dan Ancaman Perang Dunia 3

4 Juli 2025
Load More

Trending News

  • PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

    Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berikut Beberapa Respons Mahasiswa terhadap Pembukaan 3 Prodi Baru UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend