By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Amanat.idAmanat.idAmanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
  • Cerpen
  • Puisi
Reading: Kematian Penulis dan Era Baru Pembaca
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Font ResizerAa
Amanat.idAmanat.id
  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak
Search
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
Have an existing account? Sign In
Follow US
Sumber foto: batamtribunnews.com
Artikel

Kematian Penulis dan Era Baru Pembaca

Last updated: 16 November 2020 9:52 am
Agus Salim I
Published: 16 November 2020
Share
SHARE
Sumber foto: batamtribunnews.com

Ketika teks terlahir, maka pengarang itu telah mati. Dia lantas digantikan oleh pembaca yang bebas menafsirkan teksnya (Roland Barthes).

Siapa penulis? Apakah mereka yang berhasil menciptakan karya terkenal kemudian bisa disebut sebagai penulis? Atau, cukup membuat beberapa karya saja?

Barangkali, Kyril Bonfiglioli, Patrick Dennis, JG Farrell, Charles Hamilton dan beberapa penulis (yang sempat) terkenal lain, harus mengubur dalam-dalam impiannya menjadi penulis ternama.

Kyril Bonfiglioli adalah penulis yang nyaris tidak pernah mengendus sedikitpun kesuksesan. Ia bahkan tidak pernah menemukan penggemar yang tepat selama hidupnya. Lain lagi dengan Charles Hamilton, penulis kelahiran 1876, yang dikenal dengan sebutan manusia dengan 100 juta kata. Salah satu penulis yang paling produktif dalam sejarah, dan hampir tidak ada bukunya yang dapat ditemukan sampai sekarang.

Keadaan ini telah diramalkan oleh Roland Barthes sebagai bagian dari matinya sang pengarang. Dalam sebuah buku berjudul The Death of the Author (1968), Roland Barthes pernah menulis sebuah kalimat singkat yang terkenal “Pengarang Telah Mati”.

Barthes yang dikenal sebagai pelopor ilmu Semiotika menyatakan bahwa ketika penulis menuliskan sebuah teks maka, dengan sendirinya penulis itu sudah terputus atau tidak terkait dengan teks yang dibuatnya. Selebihnya, posisi penulis tidak lebih penting dari teks yang dihasilkanya.

Gagasan yang pertama kali dilontarkan oleh Roland Barthes pada 1968 ini, seolah ingin mengatakan bahwa ketika penulis menuliskan karyanya, sebenarnya ia sendiri telah mati dan terpisah dari teksnya. Sementara, teks tersebut sudah bukan miliknya lagi. Sekarang, yang berkuasa adalah pembaca.

Yasraf Amir Piliang dalam bukunya Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna menyebut jika, matinya sang pengarang turut diikuti pula oleh lahirnya pembaca. Selain itu, kelahiran pembaca berkembangnya menjadi model writerly text yaitu, teks yang menjadikan pembaca/teks-teks sebagai pusat penciptaan ketimbang pengarangnya sendiri. Matinya sang pengarang juga ditandai dengan munculnya apa yang disebut oleh Catherine Belsey sebagai kekuatan pembaca (reader’s power).

Akan tetapi, kematian sang pengarang yang diakui oleh Roland Barthes tersebut mendapatkan penolakan dalam diri Maman S Mahayana, seorang sastrawan kebangsaan Indonesia yang terkenal dengan berbagai karya sastranya. Baginya, teks yang lahir dari rahim penulis tidak akan setega itu berpaling dari penciptanya.

Sebuah teks adalah medan pertempuran yang melibatkan antara penulis dan pembaca. Lalu, memanfaatkan makna untuk menyerang satu sama lain. Bahkan, tidak jarang penulis mati secara tiba-tiba, dan pembaca dengan bangga mendeklarasikan dirinya sebagai sang pembunuh.

Maman, dalam bukunya yang berjudul Pengarang Tidak Mati menganggap, pengarang tidak bisa begitu saja disingkirkan. Jika hal itu terjadi, sama halnya dengan menganggap teks yang dibuat bisa lepas dari konteks ketika teks itu dibuat.

Era baru pembaca

Terlepas dari adanya perdebatan kematian pengarang dan hidupnya sang pembaca, ingin saya katakan bahwa saat ini, pembaca punya era baru dibalik kematian pengarang.

Konsep kematian sang pengarang yang dicetuskan oleh Roland Barthes, ternyata memberikan penafsiran yang berbeda di kalangan pembaca. Ada yang tetap memegang pendirian dengan asumsi bahwa, setelah penulis menuliskan karyanya, sebenarnya ia sendiri telah mati dan terpisah dari teksnya.

Di sisi lain, pembaca mempunyai pemahaman lain dengan lahirnya teknologi internet. Internet, bagi pembaca dianggap telah menjadikan mereka mempunyai akses langsung kepada penulis yang sebelumnya terputus oleh hubungan jarak dan ruang.

Berkat adanya internet, dunia kini telah menjadi ruangan baru yang berperan dalam reinkarnasi “Sang Pengarang”. Seperti Askleosis, putra Apollo dalam mitologi Yunani yang mampu menghidupkan orang mati, internet juga dianggap telah menghidupkan lagi pengarang yang telah mati.

Selamat atas kebangkitanmu, penulis !!!

Penulis: Agus

 

Apa yang Salah dengan Hari Senin?
Budaya Negatif Netizen Dunia Maya
Baikkah Spotlight Effect Melekat pada Diri Kita?
4 Langkah Positif Untuk Menurunkan Stres
Tabloid SKM Amanat Edisi 130
TAGGED:matinya sang pengarangpembacapenulisrolland barthesskm amanat
Share This Article
Facebook Email Print

Follow US

Find US on Social Medias
FacebookLike
XFollow
YoutubeSubscribe
TelegramFollow

Weekly Newsletter

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]
Popular News
Majalah Soeket Teki SKM Amanat Edisi 7
Soeket Teki

Majalah Soeket Teki SKM Amanat Edisi 7

Redaksi SKM Amanat
7 April 2024
Dinamika Politik Indonesia Menuju Pemilihan Umum 2024
Beberapa Mahasiswa UIN Walisongo Pilih Golput di Pemilu 2024
Aktor Tauziah Cinta Ajak Mahasiswa Memanajemen Cinta
Nasihat Rektor Imam Taufiq dalam Wisuda ke-83: Berkaca pada Walisongo
- Advertisement -
Ad imageAd image
Global Coronavirus Cases

Confirmed

0

Death

0

More Information:Covid-19 Statistics
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
  • Cerpen
  • Puisi
Reading: Kematian Penulis dan Era Baru Pembaca
Share

Tentang Kami

SKM Amanat adalah media pers mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

Kantor dan Redaksi

Kantor redaksi SKM Amanat berlokasi di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lantai 1, Kampus III UIN Walisongo, Jalan Prof. Hamka, Ngaliyan, Kota Semarang, dengan kode pos 50185

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Reading: Kematian Penulis dan Era Baru Pembaca
Share
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?