Amanat.id- Salah satu mahasiswi pedagang kantin kejujuran di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang sempat merasa terkejut ketika mengetahui larangan berjualan di kampus. Jumat, (16/09/2022).
“Sejauh ini aku belum pernah dengar ada larangan mahasiswanya jualan di kampus, itu aku tidak tahu,” ucap mahasiswi tersebut (tidak ingin disebutkan namanya).
Ia sempat bercerita bahwasanya dagangan temannya sempat dipindah beberapa kali sebelum adanya tulisan larangan tersebut.
“Awalnya temanku itu naruh di samping tangga, tiba-tiba ada yang mindah di kursi, terus dipindah lagi,” ceritanya.
Ia juga mengungkapkan bahwasanya teman-teman mahasiswa berjualan tersebut tidak memiliki niatan buruk.
“Pertama karena dia butuh uang. Karena, temanku itu ada yang ikut aku sekarang berjualan itu karena benar-benar membutuhkan uang. Terus ada juga yang belajar bisnis,” ungkapnya.
Melihat adanya kantin kejujuran, Ketua Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Siti Khotimah merasa tidak setuju karena masalah kebersihan.
“Kalau kebijakan belum saya sampaikan apakah boleh atau tidak mengenai keputusan ini. Tapi kalau dari saya sendiri, saya tidak setuju. Karena kebersihannya kurang, higienisnya juga kurang,” tuturnya.
Ia sempat merasa khawatir dengan adanya kantin kejujuran nantinya akan menggeser posisi kantin yang ada di kampus, karena para penjual di sana membayar pajak pada setiap tahunnya.
“Lebih baik makanan yang ada di kantin kejujuran dititipkan di kantin kampus,” ucap Siti.
Berbeda dengan Nada Saniyah, salah satu konsumen kantin kejujuran. Ia mengatakan adanya kantin kejujuran tersebut lumayan membantu untuknya.
“Bisa membuat menunda lapar, karena kantin kampus jauh kalau dari gedung kelas saya, butuh effort lebih kalau harus jalan jauh ke kantin. Semoga larangan tersebut bisa dicabut, biar tidak jauh-jauh kalau mau mencari pengganjal perut,” ucapnya.
Reporter: Fitri Arifah
Editor: Nur Rzkn