• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Selasa, 28 Maret 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Jangan Tanya Kapan Nikah

Apakah ketika anda sudah bertanya seperti itu terdapat kepuasan tersendiri?

Mohammad Iqbal Shukri by Mohammad Iqbal Shukri
4 tahun ago
in Esai
0
(sumber foto: www.sains.kompas.com)

“Kapan wisuda? Kapan nikah?”

Sebuah penggalan pertanyaan dari teman saya untuk mengawali sebuah obrolan malam Hari Raya Idul Fitri. Setelah sekian lama tak bertemu, hal itu saya anggap wajar sebuah pertanyaan yang dilontarkannya. Namun sebenarnya hati ini layaknya disayat sebuah pisau belati tatkala ada yang bertanya seperti itu. Bukan benar begitu netizen? Haha

Ya, pasti yang mengalami hal demikian banyak diantara para pembaca ini khususnya pada saat Hari Raya Idul Fitri tiba. Sebuah waktu untuk berkumpul dan berbagi cerita satu sama lain. Namun pasti jika sudah sampai pada sebuah topik pembahasan yang bermula pada kata kapan, tidak sedikit orang yang mau menjawab, terpaksa menjawab, atau bahkan marah. Sebisa mungkin jangan sampai marah, sebab ceritanya akan berbeda lagi nantinya.

Jika menemui pertanyaan yang demikian, sebenarnya hal itu melatih kecerdasan kita dalam menjawab dan menyikapi sesuatu. Ketika mereka bertanya, jawab saja sebisanya. Setelah itu anda ganti bertanya pada dia, cari celah kelemahan lawan bicara anda. Ya, layaknya menyusun strategi perang, tapi jangan dikait-kaitkan dengan jihad ya, soalnya urusannya bisa panjang. Intinya balas pertanyaan dengan pernyataan dan pertanyaan, jangan hanya pasrah menerima keadaan saja.

Polemik terkait kata kapan dan kapan lainnya ini sebenarnya sudah berjalan dan turun temurun dari generasi ke generasi. Ditemui pada momen Hari Raya Idul Fitri seperti ini. Jika menilik sejarah pertanyaan kapan nikah dari tahun ke tahun, sebenarnya hal itu sudah merujuk pada sebuah budaya konservatif.

Baca juga

Utopia Harapan

Bahaya Flexing di Media Sosial

Lenyapnya Identitas Kearifan Lokal dalam Arus Modernitas

Konservatif sendiri memiliki sebuah arti yakni percaya pada nilai-nilai yang di bentuk oleh praktik tradisional. Lantas orang yang bersikap konservatif ini biasanya disebut kolot. Mau anda jika disebut orang kolot?
Apa untungnya mempertahankan sebuah kebiasaan yang seolah-olah sudah menjadi budaya tiap tahun, seperti bertanya kapan nikah, kapan wisuda dan lain sebagainya.

Apakah ketika anda sudah bertanya seperti itu terdapat kepuasan tersendiri? Apa setelah bertanya anda dapat uang THR?

Kemudian apakah anda akan membantunya ketika yang ditanya menjawab “Belum menikah” “Belum Wisuda”. Nah disini pentingnya evaluasi diri. Jika belum bisa membantu para jomblowan dan jomblowati untuk mendapatkan pasangan, sebisa mungkin jauhkan pertanyaan kapan nikah itu secepatnya. Soalnya bukan membantu tapi menambah beban kepada yang bersangkutan.

Jika berbicara nikah, pasti sebuah persoalan tidak luput dari berbagai unsur, misal belum ada pasangan, belum ada yang mau, belum punya modal, belum punya kerjaan dan belum-belum lainnya. Masing-masing orang punya argumentasi kuat tersendiri untuk mempertahankan dirinya setia pada status jomblo fi sabilillahnya.
Ataukah mungkin dia yang belum menikah tidak mau membebani persoalan negara yang belum selesai sampai sekarang. Misalnya problem pernikahan usia dini yang setiap tahunnya selalu terjadi peningkatan.

Dalam data yang di himpun dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang presentase pernikahan dini di Indonesia, dari tahun 2017 sebanyak 14,18% mengalami kenaikan, pada tahun 2018 menjadi 15,66%. Dari data tersebut didapat sebuah gambaran masih terjadi polemik yang sangat perlu di selesaikan di negeri ini. Mungkin saja salah satu penyebab dari polemik pernikahan dini adalah sebab dari masifnya budaya konservatif yang terus menerus digaungkan yakni budaya bertanya kapan nikah.

Jika anda tidak mau menambah suatu permasalahan negara, maka secepatnya jauhkanlah diri anda pada pertanyaan kapan nikah. Lebih baik ikut mengatasi masalah tentang peningkatan pernikahan usia dini, misalnya dengan mengembangkan budaya revolusioner seperti gerakan jangan tanya kapan nikah.
Setidaknya jika tidak bisa membantu pemerintah menanggulangi suatu permasalahan jangan menambah masalah.

Jadi untuk para pembaca yang budiman, setujukah anda dengan gerakan tagar #jangantanyakapannikah?

Penulis: M. Iqbal Shukri

  • 2SHARE
  • 0
  • 2
  • 0
  • 0
Tags: jangan tanya kapan menikahkapan menikahkapan wisudatips ditanya kapan menikah
Previous Post

Tradisi Lebaran, Dari Baju Baru Hingga Ketupat dan Opor Ayam yang Harus Ada

Next Post

Filosofi Ketupat, dari Nama, Bahan, dan Kehidupan

Mohammad Iqbal Shukri

Mohammad Iqbal Shukri

Related Posts

Utopia Harapan
Esai

Utopia Harapan

by Agung Prastio
2 Maret 2023
0

...

Read more
flexing di media sosial

Bahaya Flexing di Media Sosial

13 November 2022
kearifan lokal

Lenyapnya Identitas Kearifan Lokal dalam Arus Modernitas

25 Oktober 2022
Manusia yang ingin bebas, Manusia dan Kehendaknya untuk Bebas

Manusia dan Kehendaknya untuk Bebas

19 September 2022
Ilustrasi warna pelangi yang menjadi ikon LGBT. (Sumber: Pixabay)

Fenomena LGBT di Indonesia

9 September 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Allison F. McKee dari US Embassy

UIN Walisongo Tanda Tangani MoU Bersama Pihak US Embassy 

6 Maret 2023
Nur Rohman, Integritas dan Sinergitas, UIN Walisongo

Nur Rohman: Integritas Harus Disinergikan dengan Kemampuan dan Kemauan

24 Maret 2023
Arja Imroni, UIN Walisongo, Menjaga jari dan lisan

Pentingnya Menjaga Jari dan Lisan di Bulan Ramadan

26 Maret 2023
Baporseni Dies Natalis UIn Walisongo ke-53

UIN Walisongo Kembali Gelar Lomba Baporseni guna Semarakkan Dies Natalis ke-53

3 Maret 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend