• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Selasa, 28 Juni 2022
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Jangan Tanya Kapan Nikah

Apakah ketika anda sudah bertanya seperti itu terdapat kepuasan tersendiri?

Mohammad Iqbal Shukri by Mohammad Iqbal Shukri
3 tahun ago
in Esai
0
(sumber foto: www.sains.kompas.com)

“Kapan wisuda? Kapan nikah?”

Sebuah penggalan pertanyaan dari teman saya untuk mengawali sebuah obrolan malam Hari Raya Idul Fitri. Setelah sekian lama tak bertemu, hal itu saya anggap wajar sebuah pertanyaan yang dilontarkannya. Namun sebenarnya hati ini layaknya disayat sebuah pisau belati tatkala ada yang bertanya seperti itu. Bukan benar begitu netizen? Haha

Ya, pasti yang mengalami hal demikian banyak diantara para pembaca ini khususnya pada saat Hari Raya Idul Fitri tiba. Sebuah waktu untuk berkumpul dan berbagi cerita satu sama lain. Namun pasti jika sudah sampai pada sebuah topik pembahasan yang bermula pada kata kapan, tidak sedikit orang yang mau menjawab, terpaksa menjawab, atau bahkan marah. Sebisa mungkin jangan sampai marah, sebab ceritanya akan berbeda lagi nantinya.

Jika menemui pertanyaan yang demikian, sebenarnya hal itu melatih kecerdasan kita dalam menjawab dan menyikapi sesuatu. Ketika mereka bertanya, jawab saja sebisanya. Setelah itu anda ganti bertanya pada dia, cari celah kelemahan lawan bicara anda. Ya, layaknya menyusun strategi perang, tapi jangan dikait-kaitkan dengan jihad ya, soalnya urusannya bisa panjang. Intinya balas pertanyaan dengan pernyataan dan pertanyaan, jangan hanya pasrah menerima keadaan saja.

Polemik terkait kata kapan dan kapan lainnya ini sebenarnya sudah berjalan dan turun temurun dari generasi ke generasi. Ditemui pada momen Hari Raya Idul Fitri seperti ini. Jika menilik sejarah pertanyaan kapan nikah dari tahun ke tahun, sebenarnya hal itu sudah merujuk pada sebuah budaya konservatif.

Baca juga

Bukan Sekadar Komentar, Mengkritik Film itu Harus Bijak

Perlukah Curhat di Medsos?

Ketika Sang ‘Pembunuh Tuhan’ Dibunuh Oleh Cinta

Konservatif sendiri memiliki sebuah arti yakni percaya pada nilai-nilai yang di bentuk oleh praktik tradisional. Lantas orang yang bersikap konservatif ini biasanya disebut kolot. Mau anda jika disebut orang kolot?
Apa untungnya mempertahankan sebuah kebiasaan yang seolah-olah sudah menjadi budaya tiap tahun, seperti bertanya kapan nikah, kapan wisuda dan lain sebagainya.

Apakah ketika anda sudah bertanya seperti itu terdapat kepuasan tersendiri? Apa setelah bertanya anda dapat uang THR?

Kemudian apakah anda akan membantunya ketika yang ditanya menjawab “Belum menikah” “Belum Wisuda”. Nah disini pentingnya evaluasi diri. Jika belum bisa membantu para jomblowan dan jomblowati untuk mendapatkan pasangan, sebisa mungkin jauhkan pertanyaan kapan nikah itu secepatnya. Soalnya bukan membantu tapi menambah beban kepada yang bersangkutan.

Jika berbicara nikah, pasti sebuah persoalan tidak luput dari berbagai unsur, misal belum ada pasangan, belum ada yang mau, belum punya modal, belum punya kerjaan dan belum-belum lainnya. Masing-masing orang punya argumentasi kuat tersendiri untuk mempertahankan dirinya setia pada status jomblo fi sabilillahnya.
Ataukah mungkin dia yang belum menikah tidak mau membebani persoalan negara yang belum selesai sampai sekarang. Misalnya problem pernikahan usia dini yang setiap tahunnya selalu terjadi peningkatan.

Dalam data yang di himpun dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang presentase pernikahan dini di Indonesia, dari tahun 2017 sebanyak 14,18% mengalami kenaikan, pada tahun 2018 menjadi 15,66%. Dari data tersebut didapat sebuah gambaran masih terjadi polemik yang sangat perlu di selesaikan di negeri ini. Mungkin saja salah satu penyebab dari polemik pernikahan dini adalah sebab dari masifnya budaya konservatif yang terus menerus digaungkan yakni budaya bertanya kapan nikah.

Jika anda tidak mau menambah suatu permasalahan negara, maka secepatnya jauhkanlah diri anda pada pertanyaan kapan nikah. Lebih baik ikut mengatasi masalah tentang peningkatan pernikahan usia dini, misalnya dengan mengembangkan budaya revolusioner seperti gerakan jangan tanya kapan nikah.
Setidaknya jika tidak bisa membantu pemerintah menanggulangi suatu permasalahan jangan menambah masalah.

Jadi untuk para pembaca yang budiman, setujukah anda dengan gerakan tagar #jangantanyakapannikah?

Penulis: M. Iqbal Shukri

  • 1share
  • 0
  • 1
  • 0
  • 0
Tags: jangan tanya kapan menikahkapan menikahkapan wisudatips ditanya kapan menikah
Previous Post

Tradisi Lebaran, Dari Baju Baru Hingga Ketupat dan Opor Ayam yang Harus Ada

Next Post

Filosofi Ketupat, dari Nama, Bahan, dan Kehidupan

Mohammad Iqbal Shukri

Mohammad Iqbal Shukri

Related Posts

(Sumber gambar: Pixabay)
Sinema

Bukan Sekadar Komentar, Mengkritik Film itu Harus Bijak

by Imamul Muqorrobin
23 Juni 2022
0

...

Read more

Perlukah Curhat di Medsos?

21 Juni 2022
Sumber ilustrasi: kalaliterasi.com

Ketika Sang ‘Pembunuh Tuhan’ Dibunuh Oleh Cinta

1 Mei 2021
Sumber : majalah.ottencoffee.co.id

Menunggu Sumpah Generasi Ngopi

26 Januari 2021
sumber ilustrasi: intisari.grid.id

Kematian

24 Januari 2021

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
BMC UIN Walisongo, tanam mangrove

Cegah Rob, Mahasiswa BMC UIN Walisongo Gelar Aksi Penanaman Mangrove

5 Juni 2022
Rita Nur Haryanti saat memaparkan materi dalam acara seminar nasional HMJ Ilmu Politik UIN Walisongo (Amanat/Intania)

Rita Nur Haryanti Bagikan Tips Hadapi Dunia Kerja

3 Juni 2022
Panitia dan Beberapa Peserta Lomba Debat Nasional di Auditorium I Kampus I UIN Walisongo. Selasa, (07/06/2022). (Dok. Istimewa)

Dalam Rangka Edufest 2022, HMJ MPI Adakan Lomba Debat Nasional

8 Juni 2022
Suasana ujian TOEFL-IMKA di PPB UIN Walisongo.

Targetkan Lulus Tepat Waktu, Mahasiswa Wajib Ikut Pretest TOEFL-IMKA

24 Juni 2022
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2022 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2022 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend