Aku biarkan ingatan itu berkelana
Pada cerminan silam yang pernah kuusir,
Ia kembali menabur getir
Lalu berjalan membawa bingkis kecewa
Sekantung mimpi itu hanya ilusi
Singgasana hanyalah singgasana biasa
Kupikir, sendiri adalah kunci
Tapi rengkuhnya terlalu hangat
Peluknya menenangkan saat diolok-olok nestapa
Bak tertampar kenyataan bukan?
Rekah senyumnya ketika mulutku berhasil mengucap ‘mama’
Jelas jawabnya setiap kali kubertanya
Sore itu di jalan berlatar petang
Mama menuntunku pulang
Semarang, Mei 2022
Penulis: Umi Salamah (Warga Kampoeng Sastra Soeket Teki)