Skmamanat.com – Kegagalan misi di Checnya, Rusia, menjadi konflik awal yang dimunculkan Sutradara, Steven C. Miller dalam sekuel Escape Plan 2: Hades (2018). Ketika itu, Ray Breslin (Sylvester Stallone) mengirim Shu (Huang Xiaoming), Luke (Jesse Metcalfe), dan Jaspar Kimbral (Wes) untuk membebaskan seorang sandra.
Rencana berjalan lancar. Namun, ketika misi hampir menemui keberhasilan, Kimbral berimprovisasi. Ia meledakkan Gudang senjata lewat teknologi algoritma. Tindakannya yang lebih percaya mesin dari pada temannya, menyebabkan sandra terbunuh. Kimbral pun dipecat dari tim oleh Breslin.
Ada dua karakter yang ditonjolkan Miller dari sekuel keduanya ini. Pertama, karakter Breslin yang mempercayai kekuatan insting manusia dan kerja sama tim. Kedua, karakter Kimbral yang lebih berpegang teguh pada perhitungan algoritma dan mesin.
Selang setahun, Kimbral yang terbuang, menjadi manusia yang berbeda. Ia berhasil membangun sebuah penjara super canggih. Penjara tersebut adalah gabungan pengetahuan yang didapat dari mantan bosnya, Breslin, dan teknologi algoritme ciptaannya sendiri.
Penjara ini digunakan untuk memeras informasi dari orang-orang penting di dunia. Untuk selanjutnya, informasi yang didapat akan dijual pada kriminal, gengster, pejabat pemerintah, pebisnis, dan orang-orang yang memiliki kepentingan. Ia menyebut penjara itu sebagai Hades, sebuah nama dari mitologi Yunani yang berarti ‘tanah kematian’.
Seni Melarikan Diri
Persinggunggan Kimbral dengan mantan timnya terjadi lewat Yusheng (Chen), sepupu Shu. Yusheng berhasil menciptakan teknologi yang bisa mengendalikan satelit dan menembus semua jaringan komputer di dunia. Teknologi itu seperti kunci ajaib siber.
Ketika Shu menemani Yusheng untuk berlibur ke Bangkok, mereka berdua diserang oleh sekelompok gangster dan dibawa ke Hades. Keduanya seperti menghilang dari permuakaan bumi. Dalam film ini, kita ditunjukkan bagaimana kejahatan-kejahatan besar bekerja.
Pada momen inilah, seni melarikan diri yang didapat Shu dari Breslin digunakan. Ada tiga kunci supaya berhasil kabur. Pertama, pahami rencananya. Kedua, pahami rutinitas penjaranya. Ketiga, cari bantuan dari dalam dan luar (kerja sama tim).
Persoalan yang dihadapi Shu tak semudah teorinya. Bentuk penjara telah dirancang untuk mementalkan strategi rumusan Breslin. Penjara berbentuk seperti kubus rubrik yang di kendalikan oleh robot, bernama Galileo. Bentuk penjara selalu berubah-ubah setiap waktu dengan perhitungan algoritme.
Tidak ada rutinitas penjara. Tidak mendapatkan rancangan yang akurat. Tidak ada bantuan dari luar dan dalam. Di saat itu suara Breslin terdengar seperti bisikan hati. Selalu ada plan B, dalam setiap misi.
Shu mulai berfikir ulang, dan mencoba menjadikan dirinya tidak mudah dibaca. Kemunculan tiga orang neo-nazi yang menyebut diri mereka sebagai The Legion, sebenarnya tidak perlu dimunculkan dalam cerita ini. Bisa dipotong saja. Kekuatan karakternya lemah, dan tidak ada gunanya.
Shu seolah menjadi jagoan utama dalam film ini. Ketenangan, kecerdasan, dan seni bela diri whing chun mendukung untuk itu. Sedangkan, Stallone dan Bautista yang gambarnya memenuhi poster malah tak terlalu berperan. Jika penonton belum menyaksikan Escape Plan (2013), maka Breslin hanya terlihat sebagai bos tua, tanpa sisa-sisa kejayaan masa lalu.
Pada adegan Shu merencanakan Plan ,B, pun terkesan percuma, lantaran Breslin telah masuk sebagai tahanan di Hades. Alat canggih yang diselipkan Breslin di sela-sela giginya, membuat bantuan dari luar penjara dapat meretas sistem dan mengetahui titik koordinat perjara tersebut.
Menjelang akhir cerita semakin tidak menarik. Breslin yang menyelsaikan pertarungan dengan Kimbral, bukan Shu. Akan lebih seru jika, Shu yang berkelahi dengan Kimbral. Sebuah pertarungan antara murid dan mantan murid Breslin. Namun, agaknya penulis naskah lebih memilih, menempatkan Stallone sebagai pahlawan kesiangan.
Meskipun film ini banjir kritik, namun pertarungan taktik, strategi, dan kedetailan sinematografinya tetap membuatnya layak untuk ditonton. Tak heran jika, film ini mengantarkan Stallone, meraih nominasi Oscar ketiganya.
Sinematografi yang dihadirkan memang mengesankan. Ketika adegan Shu sedang berfikir merancang taktik dan strategi misalnya, kita seolah diperlihatkan apa yang ada dalam kerumitan pikiran Shu, dengan jelas. Hal itu yang menjadi kekuatan utama dalam film yang pertama kali dirilis di Indonesia pada 16 Juni 2018 ini.
Genre: Crime, Action, Thriller
Aktor: Sylvester Stallone, Dave Bautista, Jaime King
Sutradara: Steven C. Miller
Produksi: Leomus Pictures, Grindstone Entertainment Group, Emmett Furla Oasis Films
Resentator: Sigit A.F