Amanat.id- Yulia Mayasari kaget ketika melihat perintah “Anda Belum Membayar” di laman pendaftaran Test of English as a Foreign Language (TOEFL) dan Ikhtibar Mi’yar al-Kafaah fii al-Lughah al-Arabiyyah (IMKA), http:sim-ppb.walisongo.ac.id Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Padahal, Yulia tercatat baru dua kali mendaftar TOEFL-IMKA dengan kesempatan pertama diraih secara gratis dan pada kesempatan kedua dikenai tarif.
Pada kesempatan pertama mendaftar tes, memang tertera perintah yang sama. Meski begitu, Yulia tidak mengeluarkan sepeser pun rupiah. Sebab, UIN Walisongo memberi tiga kali kesempatan mendaftar tes TOEFL-IMKA secara gratis kepada mahasiswa.
Usut punya usut, pendaftaran TOEFL-IMKA sejak bulan Oktober 2021 telah dikenakan tarif sebesar Rp 150.000 untuk masing-masing jenis tes dalam sekali kesempatan. Mendapati fakta itu, mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) tersebut terpaksa merogoh kocek untuk bisa mengikuti tes.
Yulia pun tak habis pikir dengan keputusan kampus yang kini menetapkan tarif pada kesempatan pertama mengikuti tes TOEFL-IMKA.
“Saya tidak sepakat misalkan tes TOEFL-IMKA berbayar sebelum percobaan tiga kali. Bukankah hal tersebut sudah menjadi fasilitas yang seharusnya didapatkan oleh setiap mahasiswa,” katanya saat dihubungi Amanat.id melalui aplikasi pesan singkat WhatsApp, Sabtu (26/02).
Setali tiga uang, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), Abdul Ghoni harus mengeluarkan total uang Rp 300.000 untuk mengikuti tes TOEFL yang diselenggarakan pada Rabu (23/02) dan IMKA pada Selasa (22/02).
Abdul Ghoni tercatat telah mengikuti tes TOEFL dengan dua di antaranya didapatkan secara gratis. Kesempatan gratis didapat pada pendaftaran periode Rabu (29/05/2019) dan Rabu (25/11/2020). Lalu, satu kesempatan lain dilalui Ghoni dengan membayar pada pendaftaran periode Rabu (23/02). Sementara pada tes IMKA, Ghoni hanya mendapat satu kali kesempatan gratis pada pendaftaran periode Selasa (30/03/2021) dan satu kesempatan lagi sudah dikenakan tarif pada pendaftaran periode Rabu (26/01).
“Dua tes sebelumnya, saya masih gratis. Kali ini sudah berbayar,” kata Abdul Ghoni kepada Amanat.id pada Rabu (02/03).
Mahasiswa semester delapan tersebut kecewa berat, lantaran harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menggunakan fasilitas kampus. Dalam pandangannya, segala bentuk penggunaan fasilitas kampus seharusnya sudah termasuk dalam rincian pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT).
“Tentunya saya tidak setuju misalkan tes TOEFL-IMKA sekarang berbayar untuk sekali tes, karena UKT (red: Uang Kuliah Tunggal) saya sendiri sudah lima juta rupiah,” ucapnya kesal.
Sejak dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Rektor Nomor 680 Tahun 2021 tentang Tarif Layanan Penunjang Akademik Pada Badan Layanan Umum Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang pada 5 Oktober 2021, telah memicu polemik di kalangan mahasiswa. Dalam SK tersebut, memuat secara rinci tarif layanan umum dan pemberlakuan sewa terhadap fasilitas di lingkup UIN Walisongo, tak terkecuali pemberlakuan tarif pada pelaksanaan tes TOEFL-IMKA dengan besaran Rp 150.000 untuk satu kali kesempatan.
Langgar Kesepakatan?
Pada Senin (06/12/2021), jajaran birokrasi kampus yang diwakili oleh Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, dan Kasubag Akademik menggelar audiensi bersama Dema-U, Sema-U, perwakilan Aliansi Mahasiswa Walisongo (AMW) dari berbagai fakultas dan lembaga pers mahasiswa di Gedung Rektorat lantai 4 kampus 3 UIN Walisongo.
Dalam audiensi yang berjalan alot tersebut, terdapat lima poin yang disepakati bersama, dengan salah satu poin berbunyi:
“Selama masa transisi SK Rektor 680 sampai terbitnya revisi SK Rektor 680 terbaru, mahasiswa tidak dikenakan tarif dalam tes TOEFL-IMKA selama tiga kali dan digratiskan untuk menggunakan layanan umum kampus, kecuali pada hari Sabtu-Minggu,”
Akan tetapi, sebelum revisi dari SK Rektor nomor 680 diterbitkan, mahasiswa yang baru mendapatkan kesempatan pertama mengikuti tes TOEFL-IMKA telah dikenakan tarif. Jika mengacu pada kesepakatan tersebut, seharusnya mahasiswa tidak dikenakan tarif selama belum ada revisi dari SK Rektor nomor 680 yang telah diterbitkan.
Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (Dema-U) Shofiyullah Amin belum mengkaji secara detail perkembangan polemik yang terjadi dari problematika TOEFL-IMKA.
“Sementara dari kami akan melakukan kajian kembali dengan menyertakan aspirasi teman-teman mahasiswa,” katanya, Rabu (26/02).
Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) Alis Asikin mengaku tidak tahu menahu perihal masih diberlakukannya tarif tes TOEFL-IMKA meskipun telah terjalin kesepakatan pimpinan dengan mahasiswa pada waktu audiensi.
Alis berdalih, segala aturan tarif kelembagaan berada di naungan Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD). PPB, kata Alis hanya sebagai pelaksana.
“Kami masih berkoordinasi dengan PTIPD karena semua tarif di lembaga bermuara lewat PTIPD,” ungkapnya.
Kebijakan Tidak Tertulis
Penetapan tarif berbayar pada layanan tes TOEFL-IMKA mengundang tanda tanya besar dalam benak mahasiswa. Pasalnya, kampus yang dulu memberi tiga kali kesempatan gratis kepada mahasiswa saat pendaftaran tes TOEFL-IMKA, kini mulai mematok tarif.
Alasan penetapan tarif tersebut, menurut Alis Asikin merupakan tindak lanjut dari temuan tim pemeriksa sewaktu melakukan audit keuangan UIN Walisongo.
“Akhir tahun kemarin, ada temuan dari tim pemeriksa. Sistem semacam ini (red: tiga kali kesempatan gratis) tidak bisa diteruskan. Artinya, jika sekali main ya harus main dan berbayar,” kata Alis ketika diwawancarai Amanat.id, Minggu (27/2).
Ketika proses pendaftaran tes TOEFL-IMKA, yang pada kesempatan kedua dan ketiga seharusnya berbayar menjadi tidak berbayar, hal ini dianggap kejanggalan bagi tim pemeriksa. Dalam audit keuangan tersebut, tim pemeriksa menemukan beberapa transaksi yang tidak serupa masuk ke rekening UIN Walisongo.
“Ada beberapa transaksi tetapi tidak sama dengan yang masuk. Karena untuk tes kedua dan ketiga kan tidak dihitung berbayar. Dan di sistem masih masuk. Ini kemudian dianggap tim pemeriksa sebagai sesuatu yang perlu diperbaiki kembali,” tuturnya.
Namun, melihat tingkat kelulusan mahasiswa pada kesempatan pertama ketika pendaftaran tes TOEFL-IMKA yang masih jauh dari harapan, PPB lantas membuat sebuah kebijakan tidak tertulis. Buah dari kebijakan tidak tertulis itu adalah memberi tiga kali kesempatan secara gratis kepada mahasiswa dalam pelaksanaan tes TOEFL-IMKA.
“Sebenarnya ini hanya satu iktikad baik dari PPB. Ini semua untuk kebaikan bersama. Kita melihat bahwa mahasiswa yang lolos sangat minim sehingga kemudian ada kebijakan tidak tertulis untuk tes kedua dan ketiga dibebaskan dari tarif,” jelas Alis.
Rencana Tarif Baru
Setelah audiensi dengan mahasiswa di Gedung Rektorat lantai 4 kampus 3 UIN Walisongo, PPB beserta pimpinan kampus bakal mengkaji ulang usulan yang diberikan mahasiswa. Hasilnya, PPB menurut Alis, akan merubah tarif pada layanan di UIN Walisongo, termasuk tarif pendaftaran tes TOEFL-IMKA dengan berbagai pertimbangan yang matang.
“Untuk tarif baru direncanakan berubah menjadi Rp 75.000. 75 itu kita ambil yang tengah-tengah, tidak terlalu murah juga tidak terlalu mahal,” sambungnya.
Dengan tarif baru yang bakal ditetapkan, mahasiswa diharapkan memiliki sikap tanggung jawab dengan apa yang telah mereka pilih. Alis menyesalkan dengan mahasiswa yang tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes TOEFL-IMKA.
“Harapannya mahasiswa juga harus bertanggungjawab. Artinya jangan ketika Rp 75.000 itu sekali main kok masih dirasa mahal, ya tolong dipersiapkan. Sebab, kuota dan sistem juga terbatas,” ucapnya.
Reporter: Nur Aeni Safira