
Amanat.id– Menjelang pertemuan G20, International Politics Forum (IPF) bekerja sama dengan Dewan Mahasiswa (DEMA) UIN Walisongo Semarang menyelenggarakan webinar bertema “The Pros and Cons of Russia’s at Attendance G20”. Acara tersebut dilaksanakan melalui Zoom Meeting dan Youtube Live Streaming, pada Jumat, (22/04/2022).
Topik utama pembahasan yaitu isu terkait penolakan banyak negara – Amerika Serikat, Australia, Turki, Inggris, dan Uni Eropa – atas keterlibatan Rusia dalam perhelatan G20 di Bali.
Agresi militer yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina menjadi alasan dasar munculnya kontra. Walau begitu, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, menjelaskan bahwa Rusia akan tetap datang pada G20.
“Sebagai tuan rumah G20, Presiden Jokowi sudah mengundang Presiden Putin untuk hadir,” jelas Vorobieva.
Kemudian alasan lain diungkap. Vorobieva menuturkan jika negara-negara lain tidak mungkin bisa melarang Rusia mengikuti pertemuan G20. Sebab Rusia sendiri merupakan salah satu negara penyokong ekonomi dunia.
Negara Beruang Merah tersebut menjadi penghasil terbesar komoditas penting seperti minyak, gas, dan gandum.
“G20 adalah ruang wacana untuk membicarakan permasalahan ekonomi dunia. Sebagai negara penyumbang 3% ekonomi dunia, mana mungkin diskusi diadakan tanpa Rusia,” imbuhnya.
Pembicara kedua, Direktur Program Institute of Democracy and Education (IDE), Ahmad Khoirul Furqon, ikut menambahkan apabila posisi Indonesia sebenarnya cukup sulit karena mendapat desakan dari berbagai negara.
Maka dari itu, langkah terbaik yang dapat diambil ialah dengan menjadi sisi netral dan melakukan diplomasi. Konflik Rusia vs Ukraina tidak ada sangkut pautnya dengan G20.
“G20 memang bukan forum yang membahas isu keamanan dunia. Jika ingin melakukan protes atas aksi Rusia, harusnya cukup diajukan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),” pungkasnya.
Repoter: Erika Layliyah