Amanat.id – Ribuan jemaah tumpah ruah hadiri pengajian di lapangan utama UIN Walisongo Semarang yang menghadirkan pembicara ustad kondang dari Yogyakarta, Gus Miftah, Jumat (18/10/2019) malam.
Pantauan Amanat.id sekitar pukul 20.12 WIB di lokasi, orang-orang terus berdatangan memadati area tersebut.
Ustad yang memiliki nama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman atau populer dipanggil Gus Miftah ini ternyata telah lama menyelami dunia malam seperti tempat-tempat lokalisasi, klub malam, kafe, tempat perjudian hingga tempat karoke untuk berdakwah.
Dalam tausiyahnya, Gus Miftah menyampaikan awal mula dirinya mengunjungi dunia malam tersebut.
Bahkan tak jarang Gus Mifta memberikan mukenah kepada para pekerja seks komersial (PSK) atau wanita tunasusila (WTS) untuk digunakan sebagai alat beribadah. Namun, jumlah PSK di Yogyakarta semakin meningkat lantaran ditutupnya Sunan Kuning (SK) yang membuat PSK berhijrah ke Yogyakarta. Hal itu lantas membuat jemaah tertawa atas guyonnya itu.
“Ketika saya masuk dunia malam, lokalisasi, kafe, tempat karoke saya mengatakan bahwa tolong jangan gangu kami, jangan lecehkan kami, jangan pernah kalian hinakan kami, berikan kepada kami waktu untuk kembali bermesraan dengan Tuhan kami,” kata Gus Miftah, Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta.
Gus Miftah juga seringkali berkunjung ke lokalisasi sehari penuh untuk menyempatkan diri berkunjung ke semua klub malam dan lokalisasi yang ada di Jogja.
Karena kesibukannya, Gus Miftah menjadi jarang berkunjung ke lokalisasi kemudian diprotes beberapa WTS.
Mereka mendatangi rumah Gus Miftah untuk mengadakan pengajian bersama di tempat lokalisasi.
“Sudah sekian lama Abah ke luar kota, sudah lama tidak mengunjungi kami, kami rindu dengan pengajiannya Abah, kami pengen sholawatan bareng abah. Mereka yang di
labeli WTS atau PSK saja ternyata memendam kerinduan yang begitu mendalam kepada Tuhannya,” ujar Gus Miftah.
Gus Miftah yang selalu berpakaian nyentrik dengan gaya khas anak muda ini mengingatkan untuk tidak menghina atau merendahkan siapapun, sekalipun itu PSK. Ia mengatakan, PSK lebih terpuji daripada anggota dewan yang korupsi. Sebab, PSK hanya menjual kehormatannya saja tidak menjual menjual kehormatan rakyat seperti yang dilakukan anggota dewan yang korupsi.
“Jangan menghina siapapapun, semua orang punya kelebihan masing-masing. Lonte iku kelebihane apa gus? Akeh, kelebihannya coba kita lihat, seorang calon legislatif di dapil Jawa Tengah ditangkap KPK dengan bukti puluhan ribu amplop yang berisi uang Rp 20 ribu. Hebat mana? Hebat lonte, suara lima tahun dibeli dengan Rp 20 ribu sedangkan lonte sejam paling murah Rp 200 ribudi SK. Berarti lonte lebih mahal daripada suara rakyat,” jelas Gus Miftah.
Persoalan Tawaqal
Dakwah Gus Miftah dengan menggunakan bahasa yang santai dan mudah dipahami, membuat sosoknya semakin dikenal masyarakat termasuk di dunia malam.
Gus Miftah yang dikenal sebagai ulama muda Nahdlatul ‘Ulama itu berdakwah bagi kaum marjinal, baik melalui dakwah di dalam maupun di luar pesantren seperti di tempat lokalisasi.
Gus Miftah menjelaskan, tujuan dirinya berdakwah di tempat lokalisasi itu bukan untuk menjadi orang yang terkenal lebih dari itu untuk mengenalkan Allah SWT kepada mereka yang belum kenal.
Awalnya, tidak mudah bagi Gus Miftah untuk berdakwah di tempat lokalisasi, hampir semua orang mengatakan dirinya tidak akan berhasil. Banyak ujian yang dihadapinya saat itu. Namun dengan Tawaqal dan kesabarannya, Gus Miftah mampu membuktikannya.
“Saya masuk bukan atas diri saya tapi atas nama Tuhan saya. Semua halangan dan rintangan saya hadapi dengan sabar dan tawakal, kemudian saya ajak mereka ngaji alon-alon,” jelas Gus Miftah.
Persoalan tawaqal, menurut Gus Miftah, tawakal itu artinya bukan menyerah, tapi memasrahkan semua urusan kita kepada Allah.
Seperti halnya seorang dosen, ia memberikan soal pasti mengetahui kunci jawabannya. Begitupun Allah, Allah tidak mungkin memberikan persoalan hidup tanpa memberikan kunci jawaban yang ada di di dalamnya.
“Ketika kita sandarkan kepada Tuhan maka tidak ada yang mustahil,” ujar Gus Miftah.
Seperti yang dikatakan Ibnu Atha ‘illah bahwa tidak akan pernah terhenti sebuah permintaan ketika permintaanmu itu disandarkan kepada Tuhan.
Dalam tausiyahnya, Gus Miftah mengatakan, untuk bertawakal perlu adanya keimanan. Semua orang punya potensi yang sama soal keimanan, cuma perosalannya dalah kesempatan.
Kesempatan di kampus begitu banyaknya, siang mendapatkan mata kuliah tentang agama, malamnya ikut pengajian.
Disamping itu, ikhtiar juga diperlukan. Tidak semata-mata langsung berikhtiar.
Jika analogikan, kampus itu bukan jaminan kesuksesan bahkan jurusan sekalipun. Sebagian besar orang bekerja tidak sesuai dengan jurusannya.
“Tidak penting kamu kuliah di mana, yang terpenting adalah bagaimana kamu kuliah,” ucap Gus Miftah.
Mahasiswa sekarang selalu berorientasi pada hasil. Padahal, itu hal yang salah. Allah menyuruh untuk berikhtiar, soal hasil itu urusan Allah.
“Semua impian kita, kalau mau berusaha dan berikhtiar Allah akan mengabulkannya. Kun fayakun itu urusan Allah, urusan kita itu ikhtiar,” tutupnya.
Reporter: Fika Eliza