Amanat.id- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) bersama Forum Studi dan Bahasa (Forsha) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menggelar Seminar Internasional dengan tema “The Role of Religion on Political Contestation in Indonesia: Anthropological Perspective” di Gedung Rektorat Kampus 3, Senin (20/5/2024).
Guru Besar Antropologi dan Studi Agama, University of North Florida, Ronald A. Lukens-Bull hadir sebagai pemateri.
Ronald mengatakan bahwa saat ini banyak sekali politisasi simbol agama untuk kepentingan.
“Simbol dipakai dan dimanfaatkan bahkan dipermainkan untuk urusan-urusan politik,” ucapnya.
Contohnya, sambung Ronald, pengelompokan partai Islam di Indonesia hingga digunakannya gambar Ka’bah sebagai simbol partai.
“Zaman Soeharto, partai Islam dijadikan satu yakni Partai Persatuan Pembangunan yang identik dengan simbol ka’bah,” ucapnya.
Dirinya mengatakan bahwa Ka’bah dan Mekkah merupakan karakter penting dalam Islam.
“Padahal, Islam, Ka’bah, dan Mekkah itu karakter penting bagi Islam,” ungkapnya.
Ronald kemudian mengingatkan suatu peristiwa pembakaran bendera yang bertuliskan tauhid.
“2018 terjadi peristiwa di Garut, yang mana bendera hitam bertuliskan tauhid dibakar,” katanya.
Ronald menjelaskan bahwa tulisan tauhid pada bendera bukanlah simbol agama, melainkan pernyataan perang atau damai di zaman Nabi.
“Itu bukan simbol agama, tetapi simbol politik yang sering digunakan Nabi Muhammad dulu. Berwarna putih untuk damai dan hitam pada saat perang,” katanya.
Ronald juga mengatakan pemakaian bendera tauhid berwarna hitam sama halnya ingin menjatuhkan Indonesia.
“Dari simbol dan pemakaian bendera hitam bertuliskan tauhid itu mereka mau jatuhkan Indonesia,” tuturnya.
Namun, jika ingin meningkatkan kesadaran tauhid, tambah Ronald, seharusnya gunakan bendera berwarna putih.
“Apabila ingin meningkatkan kesadaran tauhid, seharusnya menggunakan bendera berwarna putih,” tutupnya.
Reporter: Ulya Chusnul Chofifah
Editor: Gojali