Amanat.id- Dalam Aksi “Kosongkan Ma’had Geruduk Rektorat”, terlihat beberapa mahasiswa menempelkan vandel-vandel berisi keresahan terkait kebijakan wajib ma’had di depan Gedung Rektorat Kampus 3 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Rabu (9/8/2023).
Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) UIN Walisongo, Sholihul Muafiq mengatakan bahwa isi vandel-vandel tersebut berdasarkan keresahan mahasiswa baru yang telah dikumpulkan sebelumnya.
“Berdasarkan dari keluhan-keluhan yang sudah kita himpun pasca PBAK dan sebelum-sebelumnya. Kemudian kita tulis bersama teman-teman tadi waktu kumpul di landmark. Lalu, kita tempelkan di depan Gedung Rektorat,” jelasnya saat diwawancarai oleh tim Amanat.id.
Ayatullah Maulidi, salah satu Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) yang turut membentangkan vandel ‘UINWS Kacau’ menuturkan bahwa biaya ma’had yang telah ditetapkan UIN Walisongo tidak sesuai.
“Karena kami dari turut sedih mendengar suara mahasiswa mengenai ketidaksesuaian biaya yang telah ditetapkan kampus terkait per-ma’had-an,” tuturnya.
Maulidi berharap tuntutan yang disuarakan oleh mahasiswa dapat dipenuhi oleh UIN Walisongo.
“Kami ingin mencapai apa yang sudah dijadikan goals ketika konsolidasi kemarin,” ujarnya.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Handaris yang turut membentangkan vandel bertuliskan ‘Bisnis kok ma’had?!’ mengatakan bahwa fasilitas dan aturan ma’had tidak masuk akal.
“Dari segi fasilitas serta aturan tidak masuk akal,” ucapnya.
Menurutnya, salah satu aturan yang tidak masuk akal adalah pembatasan penggunaan ponsel.
“Jam enam sudah tidak boleh pegang handphone lagi, sedangkan kita butuh buat cari informasi penting atau ada tugas,” tuturnya.
Reporter: Salsabila Alifia
Editor: Revina