Amanat.id- Dalam rangka memperingati Anniversary ke-14, Fakultas Ushluddin Program Khusus (FUPK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo gelar Seminar Nasional. Acara yang diperuntukkan bagi kalangan umum, khususnya mahasiswa Fakultas Ushluddin dan Humaniora (Fuhum) tersebut bertempat di Auditorium I Kampus 1 UIN Walisongo Semarang, Kamis (21/11/2019).
Ketua panitia Seminar Nasional, Abdul Wahhab menjelaskan, mengusung tema “Beragama di Era Milenial?” itu bertujuan supaya kaum milenial memiliki etika dalam beragama di era yang sekarang. Selain itu, di era revolusi industri 4.0 semakin banyak informasi yang membanjiri, maka seseorang harus memiliki cara yang cermat untuk bisa mencerna informasi keberagamaan yang benar.
“Kita hidup di era 4.0 bukan masalah banyaknya kita buka buku atau gimana, tetapi kan semakin banyak informasi yang membanjiri kita, jadi pikiran itu kurang bisa mencerna mana yang benar mana yang salah,” ujar mahasiswa asal Grobogan itu.
Seminar tersebut diisi oleh tokoh cendekiawan Islam, Gus Ulil Abshar Abdalla dan ketua Indonesian Conference on Religion and Peace, KH. Abdul Muhaimin, dengan moderator supervisor FUPK, M. Saiful Mujab, M.A.
Abdul memaparkan, alasan mengundang pemateri tersebut dikarenakan beliau seorang kyai yang bukan hanya menguasai ilmu agama, akan tetapi juga ilmu sosial. Selain itu, beliau terkenal di media sosial.
Seminar yang disajikan, menarik perhatian para mahasiswa. Perkiraan peserta yang mulanya 250 ternyata melebihi target. Peserta yang hadir kurang lebihnya mencapai 300 orang. Disamping itu, kegiatan ini mendapat apresiasi baik dari peserta. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu peserta, Nila Nafisatul Izza bahwa seminar ini sangat bermanfaat.
Seminar ini sangat bermanfaat, menambah ilmu saya, saya makin tahu, selain itu juga bisa tabarukkan dengan ulama,” ungkap mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah tersebut.
Di akhir pembicaraan, Abdul Wahhab bepesan, dengan adanya materi tersebut, di era milenial ini, diri dapat beragama dengan baik, bukan hanya sekedar beragama dari youtube ataupun internet, tetapi dapat ber-muajahah dengan para ulama.
Reporter: Endang Paniati
.