• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Selasa, 17 Juni 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

FoMo dan Ketakutan Kita Menghadapi Ketertinggalan Informasi

Dalam hal ini (FoMO), seseorang akan merasa orang lain selalu memiliki kehidupan yang lebih baik, bahagia, berharga, dan sempurna dibanding dirinya. Ia akan berusaha senantiasa memantau aktivitas 'pertemanan' pada media sosial karena tidak ingin ketinggalan informasi dan trend.

Rizkyana Maghfiroh by Rizkyana Maghfiroh
4 tahun ago
in Artikel
0

Baca juga

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

Kehidupan Setengah Hati demi Asupan Instastory

Realitas Semu Emosi Pria

Sumber: Hellosehat.id

Keberadaan media sosial telah menempati posisi penting dalam kehidupan kita. Saat ini, media sosial telah merambah ke berbagai kalangan usia. Baik untuk keperluan bisnis, komunikasi, aktualisasi diri, mencari informasi, sekadar sarana hiburan, atau bahkan sebagai wadah mencari bahan gunjingan.

Sebagian dari kita, menggunakan media sosial sebagai pelarian untuk mengembalikan suasana hati setelah menyelesaikan tugas bertubi-tubi. Dengan harapan, media sosial mampu mengusir penat walau hanya sesaat. Namun, tak dapat dinyana bahwa media sosial tidak selamanya memberikan hiburan.

Menurut riset yang dilakukan oleh Visa Inc (2012), lebih dari 75% generasi milenial mengaku tidak dapat hidup tanpa ponsel dan komputer. Hal ini menyebabkan terjadinya internet addiction atau kecanduan internet, di mana seseorang rela menghabisan banyak waktu untuk berinternet, tidak dapat mengontrol diri saat membuka internet, dan merasa dunia maya lebih menarik dibandingkan kehidupan nyata.

Pada tahun yang sama, penelitian JWTIntelligence (2012) mengemukakan sebanyak 40% pengguna internet mengalami Fear of Missing Out (FoMO). Menurut Abel, Cheryl, dan Sarah (2016) FoMO adalah suatu social anxiety (kecemasan sosial) yang lahir dari kemajuan teknologi, informasi, dan keberadaan media sosial yang semakin meningkat. FoMO dapat muncul akibat terdapat banyaknya opsi kegiatan atau pengalaman yang disertai ketidakpastian mengenai ‘opsi terbaik’ sehingga individu akan menyesal atas pilihannya.

Menurut Przyblylski, Murayana, DeHaan, dan Gladwell (2013), FoMO ditandai dengan keinginan untuk tetap terus terhubung dengan apa yang orang lain lakukan melalui internet (dunia maya). Masih menurut Przyblylski dkk., FoMO berkaitan dengan rendahnya kesejahteraan psikologis seseorang

Seseorang yang kondisi psikisnya sejahtera, akan mamiliki persepsi yang positif dan realistis. Sebaliknya, seseorang dengan tingkah kesejahteraan psikis yang rendah rentan mengalami stres sebagai akibat persepsi tidak realistisnya. Dalam hal ini (FoMO), seseorang akan merasa orang lain selalu memiliki kehidupan yang lebih baik, bahagia, berharga, dan sempurna dibanding dirinya. Ia akan berusaha senantiasa memantau aktivitas ‘pertemanan’ pada media sosial karena tidak ingin ketinggalan informasi dan trend. Ia merasa harus lebih baik atau setidaknya sama dengan orang lain.

Selain itu, seseorang dengan tingkat FoMO tinggi terobsesi mengetahui kegiatan dan kehidupan orang lain melalui media sosial, melihat segala sesuatu dari satu sudut pandang (orang lain akan selalu tampak ‘lebih’), merasa tidak puas dengan hidup, menganggap dunia maya lebih penting dan menarik, serta memiliki kualitas relasi yang rendah baik di dunia nyata maupun maya. Ia akan memeriksa ponsel dan media sosial segera setelah bangun tidur, saat perjalanan, saat belajar, sebelum tidur; setiap saat

Apabila terus berlanjut, ia (individu dengan FoMO yang tinggi) akan kesulitan dalam menguasai lingkungan, menjalin relasi positif dengan orang lain, dan menerima sebagaimana dirinya (Beyens dkk., 2016). Ia cenderung memiliki kemandirian rendah, mudah terpengaruh dan dipengaruhi lingkungan eksternal, mencari penerimaan dan pengakuan dari orang lain, sulit introspeksi dan evaluasi diri, rela melakukan segala cara demi diterima oleh lingkungan sosial, tidak memiliki tujuan hidup, serta tidak memiliki motivasi belajar. Sederhananya, ia akan kehilangan jati diri karena hanya berkaca pada kehidupan orang lain yang bahkan bisa jadi tidak sesuai realita karena hanya mengunggah momen bahagia.

Apa yang dapat dilakukan?

Tak dapat ditampik bahwa FoMO tidak sesederhana konsep kepo dan ikut-ikut orang lain. FoMO lebih serius daripada itu. FoMO dapat mengakibatkan munculnya emosi negatif, meningkatnya stres, kurang tidur karena terlalu memikirkan hal-hal (di media sosial) yang mungkin terlewat, dan dapat mempengaruhi kesehatan fisik. (Milyavskaya dkk., 2018)

Nahasnya, seseorang seringkali tidak menyadari bahwa dirinya dan orang di sekitar mengalami FoMO, sehingga tidak muncul kesadaran dan upaya untuk mengatasinya

Terdapat beberapa teknik yang dapat digubakan untuk mengatasi FoMO:

1. Memahami bahwa setiap individu memiliki kehidupan dan potensinya masing-masing. Kemudian, menyadari bahwa selalu mengikuti apa yang orang lain lakukan hanya akan membuat kita semakin jauh dari self. Dan ya, tidak semua orang akan bersenang hati ketika diusik, dipantau, serta diikuti aktivitas dan pilihan hidupnya.

2. Self Management. Buatlah peta berisi daftar kegiatan yang diurutkan dan diklasifikasikan berdasarkan skala prioritas: (a) mendesak dan penting, (b) mendesak tetapi kurang penting, (c) tidak mendesak tetapi penting, serta (d) tidak penting dan tidak mendesak. Letakkan ‘media sosial’ pada skala d, sehingga kita akan membuka media sosial hanya ketika skala a-c telah tercapai.

3. Mulai kenali diri sendiri. Apa yang disuka, diminati, dikuasai, dan sebaliknya. Coba untuk terbiasa melakukan aktivitas yang sesuai dengan potensi dan kemampuan diri sendiri. Menjadikan orang lain sebagai inspirasi boleh saja, tetapi meniru dan anggapan ‘kita akan bahagia ketika sama persis dengan orang lain’ adalah kesalahan.

4. Ubah mindset, bahwa kebahagiaan dan ketenangan hidup adalah tanggung jawab pribadi; berasal dari internal (persepsi). Asumsi bahwa ‘sikap, opini, dan penerimaan dari orang lain adalah sumber kebahagiaan utama’ adalah tidak rasional.

Filsuf Stoa, Epictetus, menyebut seseorang yang menggantungkan kebahagiaannya pada orang lain sejatinya adalah seorang budak. Ia terikat atas segala hal yang menjadi milik orang lain.

Sebagai penutup, mari kita renungkan kutipan kalimat dari buku Filosofi Teras (2019) berikut:

Jika kita hanya bisa merasa bahagia dengan hal-hal yang ada di luar kendali kita, ini sama saja dengan menyerahkan kebahagiaan dan kedamaian hidup kita ke pihak/orang lain. (47)

Sumber sebenar-benarnya dari segala keresahan dan kekhawatiran kita ada di dalam pikiran kita. (89)

Jadi, masih sudi melanggengkan kecemasan dalam diri kita hanya karena ‘merasa’ kita tidak bahagia jika tidak seperti orang lain (di dunia maya)?

Penulis: Rizkiana Maghfiroh

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: bullyingFoMomedsos
Previous Post

Tips Agar Mata Tetap Sehat Meski Bekerja di Depan Komputer

Next Post

Tarif Baru BLU Buat Aktivis Mahasiswa Naik Pitam

Rizkyana Maghfiroh

Rizkyana Maghfiroh

Related Posts

Tren Stecu, Dampak Tren Stecu, Fenomena Stecu, Praktik Budaya Digital, Stecu
Esai

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

by Ahmad Kholilurrokhman
8 Juni 2025
0

...

Read more
Asupan Instastory, Fenomena Kesibukan Palsu, Fake Busy, Kesibukan Palsu Mahasiswa, Kesibukan Palsu

Kehidupan Setengah Hati demi Asupan Instastory

30 Mei 2025
Emosi Pria, Maskulinitas Pria, Budaya Patriarki, Standar Maskulinitas, Bias Gender

Realitas Semu Emosi Pria

13 Mei 2025
Multitasking, Risiko Multitasking, Dampak Buruk Multitasking, Mahasiswa Multitasking, Pengaruh Multitasking

Multitasking: Dalang di Balik Kerusakan Otak

5 Mei 2025
Gelar Pahlawan, Gelar Pahlawan Soeharto, Kontroversi Gelar Soeharto, Gelar Pahlawan Nasional, Soeharto

Layakkah Soeharto Jadi Pahlawan Nasional?

22 April 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Media Berdarah, Peran Jurnalis, Risiko Jurnalis, Intimidasi Pers, Kebebasan Pers

Media Berdarah di Tangan Pemerintah

31 Mei 2025
UIN Walisongo, KKN MIT UIN Walisongo, KKN UIN Walisongo, KKN Reguler, KKN 2025

KKN MIT dan Reguler UIN Walisongo Tahun 2025 Resmi Dibuka, Mahasiswa Keluhkan Informasi Mendadak

14 Juni 2025
aku siapa, puisi aku siapa, sastra soeket teki, puisi soeket teki, skm amanat, puisi skm amanat

Aku, Siapa?

15 Juni 2025
dema uin walisongo, satgas ppks, satgas ppks uin walisongo, psga uin walisongo, kasus kekerasan seksual, uin walisongo

DEMA UIN Walisongo Desak Rektorat untuk Bentuk Satgas PPKS

23 Mei 2025
Load More

Trending News

  • UIN Walisongo, Beasiswa UIN Walisongo, Bantuan Pendidikan, Beasiswa S1, Syarat Beasiswa

    UIN Walisongo Sediakan 9 Beasiswa dan Bantuan Pendidikan bagi Mahasiswa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua FORMAKIP UIN Walisongo Pastikan Tidak Ada Pemotongan Biaya Living Cost

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terinspirasi Pemikiran Socrates, Antarkan Iffah Raih Predikat Wisudawan Terbaik FUHUM

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beredar Informasi Kembalinya Sistem Parkir Berbayar di UIN Walisongo, Kabag Umum: Masih Wacana

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend