• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Selasa, 31 Januari 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Fenomena LGBT di Indonesia

Di Indonesia sendiri, banyak pro dan kontra dalam menanggapi LGBT.

Redaksi SKM Amanat by Redaksi SKM Amanat
5 bulan ago
in Artikel, Esai, Lifestyle, Milenial
0
Ilustrasi LGBT. (Sumber: Pixabay)
Ilustrasi warna pelangi yang menjadi ikon LGBT. (Sumber: Pixabay)

Sejak pertengahan 2022, pembahasan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) kembali menjadi topik yang banyak diperbincangkan setelah viralnya Ragil dan Fredrik Vollert dalam sebuah kanal Youtube. Mereka merupakan pasangan part of LGBT yang tinggal di Jerman.

Dalam berbagai kanal Youtube, mereka secara lugas dan terbuka menyampaikan orientasi seksualnya kepada publik. Hal ini tentu saja memantik respons dari para warganet, apalagi di Indonesia pembahasan terkait orientasi seksual masih dianggap tabu.

Ditambah lagi, semakin banyaknya orang-orang yang mengekspos diri mereka sebagai bagian dari LGBT juga menjadi salah satu pemicu mengapa LGBT makin santer dibahas.

Di Indonesia sendiri, banyak pro dan kontra dalam menanggapi LGBT. Bagi masyarakat, LGBT ini tidak dapat diterima. Mereka dianggap sebagai sebuah penyimpangan dari nilai-nilai agama, norma, budaya serta Undang-Undang terutama UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 di Indonesia.

Dalam agama Islam, Al Quran menjelaskan di surat al-A’raf ayat 80-81 bahwa Allah SWT akan melaknat kaum LGBT. Pemaparan atas larangan LGBT juga tertuang dalam Alkitab, Imama 18:22.

Baca juga

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

Bahaya Flexing di Media Sosial

Dalam penelitian tentang LGBT yang dilakukan oleh Lembaga survei Saiful Mujani Research Center (SMRC), menghasilkan bahwa 58,3% warga Indonesia pernah mendengar tentang LGBT dan 41,1% di antaranya menyatakan bahwa LGBT tidak punya hak untuk hidup di Indonesia. Hal ini benar benar membuktikan bahwa LGBT adalah sebuah aib atau hal menjijikkan bagi masyarakat Indonesia.

Lain halnya dengan para aktivis dan komunitas LGBT di Indonesia serta penggerak kesetaraan, salah satunya “GAYa NUSANTARA”. Mereka menginginkan LGBT juga punya hak yang sama tanpa batasan dalam konteks apapun termasuk perkawinan sejenis.

Kelompok LGBT umumnya mengharapkan perlakuan yang seimbang dan adil dari masyarakat dan pemerintah. Mereka ingin orientasi seksual dan perilaku seksualnya tidak menjadi hambatan dalam bermasyarakat, berkarya, berprestasi, dan berkontribusi dalam pembangunan.

Faktor Penyebab LGBT

Sampai saat ini masih belum ada kesepakatan ilmiah di antara para ahli tentang penyebab seseorang bisa menjadi part of LGBT. Namun, beberapa peneliti menduga ini terjadi karena genetik tertentu ataupun trauma yang pernah dirasakan pada masa lalu yang membuat mereka takut kepada lawan jenis.

Dilansir dalam jurnal kajian oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pusat Penelitian Universitas Indonesia (2015), sebagian dari masyarakat menganggap bahwa LGBT adalah penyakit yang harus disembuhkan agar mereka bisa kembali normal seperti masyarakat pada umumnya, tetapi ada juga yang menolak hal tersebut dan menganggap bahwa LGBT tidak harus disembuhkan karena hal itu bukanlah suatu penyakit dan terdapat suatu faktor biologis atau bawaan sejak lahir.

Keharmonisan keluarga juga menjadi peranan penting. Anak yang lahir dari keluarga yang lingkungannya buruk maka akan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seseorang menyimpang.

Penanggulangan LGBT

Metode penyembuhan part of LGBT sebagaimana yang disampaikan dosen psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ilmi Amalia adalah dengan konseling yaitu membantunya mengatasi masalah-masalah psikologis yang rumit, dengan harapan kesembuhan mengembalikan kepada orientasi seksual yang benar.

Dengan melakukan konseling, diharapkan mampu untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Terlebih lagi, seorang LGBT rentan mengalami perundungan (bullying), pengucilan, dan tindak kekerasan. Beberapa di antaranya juga tidak memahami tentang orientasi seksualnya yang berbeda, sehingga timbul rasa rendah diri.

Selain itu, supaya terhindar dari LGBT upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga pergaulan. Ketika seseorang berteman dengan orang yang termasuk LGBT akan ada kecenderungan dia akan ikut menjadi anggota LGBT.

Keliru jika menganggap bahwa dengan mendukung (pro) LGBT artinya berpikiran terbuka (open minded). Akan tetapi, membencinya tanpa mempertimbangkan faktor genetik, serta menutup mata akan kasus kekerasan dan pelecehan yang bisa terjadi pada LGBT juga tidaklah tepat.

Perihal pro, kontra, atau netral dalam menanggapi fenomena LGBT di Indonesia memang tergantung preferensi masing-masing. Namun, alih-alih mencela tanpa memberikan solusi efektif, akan lebih baik jika turut andil dalam upaya penanggulangan LGBT di Indonesia.

 

Penulis: Intania Nurul Apriliani Putri

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: lgbtLgbt di indonesialifestyleOrientasi seksualSex education
Previous Post

Satu Bulan Perkuliahan Tatap Muka, Lahan Parkir Masih Jadi Problematika

Next Post

Lantunan Angin

Redaksi SKM Amanat

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

cancel culture di media sosial
Artikel

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

by Redaksi SKM Amanat
6 Desember 2022
0

...

Read more
ngeri-ngeri sedap komunikasi anak dan orang tua

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

1 Desember 2022
flexing di media sosial

Bahaya Flexing di Media Sosial

13 November 2022
perdebatan di media sosial

Saat Celetukan Ringan di Media Sosial Menjadi Perdebatan Panjang

2 November 2022
cancel culture

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

31 Oktober 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Ma’had Al Jami’ah Kampus 2, UIN Walisongo.

Ma’had Online UIN Walisongo Sebagai Syarat Kelulusan MK Bahasa Arab

19 Januari 2023
FISIP UIN Walisongo

Keluarga Mahasiswa Korban Penipuan Berharap Dapat Bantuan Dari Kampus

5 Januari 2023
Mahasiswa UIN Walisongo kena tipu online

Mahasiswa UIN Walisongo Kena Tipu Online, Rugi 8 Juta Lebih

5 Januari 2023
pentingnya jurnalisme data

Jurnalisme Data dalam Bercerita

30 Januari 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend