Amanat.id- Di saat panas matahari terus menyengat, Ayu Putri mulai melangkahkan kakinya menuju Perpustakaan Kampus 3 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Rabu (13/9/2023).
Sambil terus meraba dengan tongkatnya, wajah gelisah pun mulai tampak ketika Ayu mencoba untuk men-scan bukti kehadiran di Perpustakaan UIN Walisongo.
“Sulit saat ingin scan data kehadiran, apalagi tidak ada teman yang menemani,” ucapnya saat diwawancarai oleh tim Amanat.id.
Sebagai penyandang disabilitas tunanetra, dirinya merasa bahwa akses buku untuk disabilitas masih terbatas.
“Akses buku khusus penyandang disabilitas belum dapat diakses, hanya beberapa audiobook Al-Qur’an, itu saja belum memadai,” lanjut Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan tersebut.
Staf Bagian Pengembangan dan Pengelolaan Koleksi Perpustakaan, Bahrul Ulumi menyebutkan, perlu tahapan dan perencanaan untuk menunjang fasilitas bagi tunanetra.
“Pemberian fasilitas bagi disabilitas harus melalui tahap dan perencanaan serta pengajuan proposal terlebih dahulu,” katanya.
Menurutnya, support anggaran untuk pengadaan fasilitas lengkap bagi disabilitas masih kurang.
“Dari sisi anggaran, saya belum melihat UIN Walisongo memberikan support untuk pengadaan,” ujarnya.
Bahrul mengatakan, fasilitas audiobook hanya Al-Qur’an, sementara audiobook berupa materi pembelajaran belum ada. Meskipun demikian, fasilitas khusus, seperti lift sudah disediakan.
“Audiobook Al-Qur’an memang tidak bisa dibawa pulang dan audiobook berisi materi belum ada. Namun, mereka mendapatkan perlakuan khusus, seperti menggunakan lift untuk mengurangi waktu berjalan menuju perpustakaan di lantai atas,” lanjutnya.
Ia pun menuturkan bahwa usulan tersebut bisa dijadikan catatan ketika menegosiasikan perencanaan keuangan.
“Ini bisa menjadi catatan bagi kita nanti bernegosiasi untuk perencanaan keuangan,” tutupnya.
Reporter: Shalsa Dwi Heristy (Calon Kru Magang SKM Amanat 2023)
Editor: Riska Ayu Maharani