Covid-19 tengah melanda dunia, setiap harinya terus memakan korban di berbagai negara. Sebut saja China, Korea, Singapura, Malaysia, dan negara kita sendiri Indonesia.
Indonesia yang awalnya tak tersentuh virus corona, akhirnya pun bernasib sama dengan negara tetangga. Kepanikan demi kepanikan terekam ketika pemerintah mengumumkan dua warga Indonesia yang positif covid-19 untuk pertama kalinya pada 2 Maret yang lalu.
Mereka yang memiliki pendapatan lebih, berbondong-bondong membeli bahkan menimbun masker. Tak hanya itu, mereka juga memborong persediaan sembako seakan-akan kelaparan akan melanda negeri.
Hal ini mengingatkan penulis pada egoisme manusia. Hakikatnya semua orang adalah makhuk yang egois. Karena sikap egois merupakan unsur penting dari insting pelestarian diri. Tanpa insting ini orang ataupun spesies akan lenyap ditelan hukum perubahan semesta.
Covid-19 telah menunjukkan kepada khalayak, tentang bagaimana egoisme bekerja membabi buta. Kemanusiaan seolah-olah tercerabut dari nurani. Mereka tidak lagi peduli bahwa di belahan kota yang lain, ada pihak-pihak yang lebih membutuhkan masker. Egoisme ini tidak hanya melanda individu, para penjual masker dan handsanitizer ramai-ramai menaikkan harga membuat sebagian orang bertanya
“Sebenarnya siapa yang membunuh kita, corona atau saudara setanah air kita?”
Menundukkan banalitas egoisme
Kepanikan masyarakat saat corona mulai merebak di Indonesia, merupakan wujud dari rasa takut yang terinternalisasi melalui informasi-informasi yang beredar di dunia maya. Ketakutan menjadikan orang-orang melakukan segala cara walaupun dengan merugikan orang lain.
Sayangnya kepanikan itu dijadikan peluang bagi oknum-oknum tertentu. Bagi pedagang misalnya, mereka menimbun kedua barang tersebut, masker dan sembako, untuk dijual kembali dengan harga yang berkali lipat.
Di sini kita bisa melihat bahwa egoisme telah merambah ke berbagai hal bisnis, politik dan sebagainya.
Egoisme yang didefinisikan sebagai tindakan memikirkan diri sendiri dan keluarganya baru kepentingan orang lain memang bagian dari survival instinct yang melekat pada semua makhluk. Namun meletakkan egoisme di garda utama kehidupan tentu akan merusak kehidupan itu sendiri, konflik dan perang tak akan berhenti, solidaritas antar makhluk menipis, atau bahkan hilang sama sekali.
Untuk itulah, diperlukan sikap kritis dan akal sehat untuk menundukkannya (egoisme).
Penulis: Syifa Mariyatul K.
Editor: Diyah