• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Kamis, 9 Februari 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Duck Syndrome: Tampak Tenang Meski Banyak Tekanan

Duck Syndrome terjadi pada fase usia menjelang dewasa, sekitar usia 20-an tahun.

Eva Nur Yuliana by Eva Nur Yuliana
7 bulan ago
in Artikel
0
Duck syndrome tetap tenang walau banyak tekanan
Ilustrasi Duck Syndrome. (Sumber: Psychologytoday)

Beberapa dari kita mungkin pernah melihat seseorang yang tampak bahagia serta menikmati hidup yang dimiliki. Namun, pernahkah terpikir, tekanan atau permasalahan apa saja yang harus disembunyikan oleh orang tersebut agar terlihat bahagia?

Berangkat dari hal tersebut, muncullah istilah Duck Syndrome atau sindrom bebek. Sebuah fenomena ketika seseorang dapat menutupi kesedihan bahkan permasalahan yang ada, agar terlihat baik-baik saja. Duck Syndrome muncul pertama kali di Stanford University, sebagai penggambaran akan permasalahan mahasiswa.

Istilah sindrom bebek ini menganalogikan keadaan bebek ketika berenang. Bebek akan terlihat tenang, tetapi kakinya aktif berenang untuk tetap menyeimbangkan badan di atas permukaan air. Hal inilah yang akhirnya dikaitkan dengan kondisi seseorang ketika menghadapi tekanan, tapi mencoba terlihat baik-baik saja.

Penyebab Duck Syndrome

Dilansir dari gramedia.com, seringkali Duck Syndrome terjadi pada fase usia menjelang dewasa, sekitar usia 20-an tahun. Penyebabnya kompleks dan bermacam, mulai dari trauma masa lalu, sikap perfeksionis, tuntutan lingkungan, akademik, sampai pola asuh orang tua yang kurang baik.

Hal inilah yang menyebabkan seseorang dapat merasa tertekan akan kehidupan yang sedang dijalani. Sehingga, memunculkan perasaan emosi negatif berupa kecemasan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Baca juga

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

Bahaya Flexing di Media Sosial

Cara Mengatasi Duck Syndrome

Beberapa cara mengatasi Duck Syndrome, di antaranya:

1. Berlatih mencintai diri sendiri (Self Love)

Seseorang merasa bahwa dirinya harus menampilkan kesan baik tanpa ada masalah, dengan harapan agar orang sekitar tidak cemas. Sedangkan di dalam hatinya membutuhkan pengakuan bahwa permasalahan yang dihadapi amatlah berat. Untuk itu, mencintai diri sendiri sangat diperlukan sebagai bentuk penerimaan diri sendiri atas segala permasalahan.

2. Lakukan me time dan relaksasi

Me time dibutuhkan dalam upaya merelaksasi diri sendiri akan tekanan yang dihadapi. Dalam hal ini, aktivitas menyendiri dari ingar bingar permasalahan hidup dapat membantu mengembalikan mood. Perasaan baik-baik saja pun akan tercipta, bukan untuk menutupi kesedihan. Namun, karena merasa bahagia dengan diri sendiri.

3. Kenali kapasitas dan kemampuan diri

Upaya mengetahui kapasitas diri perlu untuk mengukur sejauh mana kemampuan pengelolaan dalam menghadapi permasalahan yang ada. Kesedihan yang dialami pun dapat dilalui hingga diselesaikan dengan baik. Terus meningkatkan skill dan melakukan kegiatan positif merupakan aktivitas yang dapat dilakukan selalu.

4. Konseling

Konseling bukanlah hal yang patut dihindari, apabila keadaan dirasa sudah perlu untuk ditangani oleh ahlinya. Melakukan konseling sangat berguna untuk penanganan Duck Syndrome ini. Untuk itu, jangan sungkan untuk meminta bantuan selama diperlukan.

Nah, itu tadi penjelasan mengenai Duck Sydrome.

Apakah kamu pernah merasa mengalaminya?

Penulis: Eva NurYuliana

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: Artikel psikologiDuck syndromekesehatan mental
Previous Post

[Resensi Buku] Imajinasi Tak Selalu Lebih Indah dari Realita

Next Post

Rahasia Sebuah Bungkam

Eva Nur Yuliana

Eva Nur Yuliana

Related Posts

cancel culture di media sosial
Artikel

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

by Redaksi SKM Amanat
6 Desember 2022
0

...

Read more
ngeri-ngeri sedap komunikasi anak dan orang tua

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

1 Desember 2022
flexing di media sosial

Bahaya Flexing di Media Sosial

13 November 2022
perdebatan di media sosial

Saat Celetukan Ringan di Media Sosial Menjadi Perdebatan Panjang

2 November 2022
cancel culture

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

31 Oktober 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Wisuda UIN Walisongo

UIN Walisongo Resmi Lepas 1.518 Wisudawan Periode Februari 2023

9 Februari 2023
Jurnalisme Data UIN Walisongo

Pentingnya Jurnalisme Data, Amcor UIN Walisongo Fasilitasi LPM untuk Ikut Pelatihan

31 Januari 2023
DEMA UIN Walisongo

Faris Balya: UIN Walisongo Inginkan DEMA-U dari Semester 5

8 Februari 2023
pentingnya jurnalisme data

Jurnalisme Data dalam Bercerita

30 Januari 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend