Skmamanat.com – Pusat Pengkajian Islam dan Budaya Jawa (PPIBJ) adakan diskusi selapanan anggoro manis dengan tema “Kejayaan Warisan Generasi Warisan Walisongo” di Walisongo Hall Research Center (WHRC) Kampus I UIN Walisongo Semarang. Dalam diskusi tersebut dibahas mengenai Kitab Fafiruilallah yang menjadi pengingat adanya hari akhir zaman, Selasa (27/3).
Dunia digambarkan seperti cokro manggilingan – perputaran roda. Maksudnya adalah semua kejadian dalam kehidupan manusia akan terus berulang sampai Tuhan berkehendak untuk menghentikannya.
Bagi Akhwan Fanani, pembicara diskusi, hal itu setara dengan siklus kehidupan yang terus berjalan seiring dengan waktu. Hal tersebut bisa dilihat dari permasalahan krisis kecil hingga berat, kemudian mengalami masa pembersihan sosial dan kembali baru lagi.
Dalam diskusi tersebut juga dibahas eskalogi atau studi tentang hari akhir dalam ajaran Hindu yang dikenal sebagai bagian dari kronologi dunia. Dalam Islam dikenal dengan turunnya Imam Mahdi untuk meneguhkan agama Islam dan menghancurkan kemungkaran fitnah Dajjal.
Dalam kitab yang ditulis dengan huruf pegon itu juga dibahas mengenai tanda-tanda datangnya hari kiamat, baik itu sugro (kecil) maupun qubro (besar). Kiamat qubro ditandai dengan munculnya Dajjal, turunnya Nabi Isa, keluarnya Ya’jud dan Ma’jud, terbitnya matahari dari barat, muncul dabbah atau binatang pembawa pesan datangnya hari kiamat, keluar asap, sampai keluarnya api yang diiringi dengan rusaknya alam semesta.
Lanjut Akhwan, sedangkan tanda-tanda kiamat sugro yakni terbelahnya rembulan pada zaman Nabi Muhammad dan mulai muncul zaman kewalik (terbalik) sampai zaman sangsara (susah). Bila dipikir ulang, tanda-tanda kiamat sugro sudah dimulai sejak zaman nabi Muhammad.
“Saat ini kita sudah mendekati hari kiamat” tambah Akhwan.
Akhwan juga menambahkan bahwa karangan kitab Fairuillallah juga berfungsi sebagai peringatan agar manusia kembali ke jalan yang benar dan menjadi yang lebih baik.
Reporter: Ibnu Abdillah
Editor: Wiwid Saktia