Di tangan para penulis
cangkir-cangkir yang berisi
bubuk kopi tanpa gula
dapat dengan mudah
diseduh oleh gerimis
diaduk bersama rindu
menguarkan kepulan petrikor
lalu tumpah memenuhi angkasa
berpadu dengan riak samudera
menjadi senja seindah sorga
Di tangan para penulis
kopi menjelma tinta
goreskan teduh tatapnya
matari mengurung diri
tenggelam mendekap iri
oleh senyum yang terbit dari parasnya
dan betapa hujan
telah terbakar cemburu buta
sebab sebatas saksi bisu
tatkala ia merengkuh dan mencumbu malu-malu
Kepada para penulis
andai ujung pena dapat bertanya
andai helai kertas dapat bersuara
mereka pasti mengeluh lelah
kenapa selalu kopi, hujan, dan senja?
Kendal, Maret 2022
Rizkyana Maghfiroh – Warga Kampoeng Sastra Soeket Teki