Amanat.id- Mahasiswa Program Studi (Prodi) Akidah Filsafat Islam (AFI), Syariif Ahmad Ja’far Shoodiq berhasil sabet predikat wisudawan terbaik Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,89 pada wisuda ke-92 di Gedung Prof. TGK. Ismail Yaqub, Sabtu (8/6/2024).
Meskipun berasal dari keluarga menengah ke bawah, Syariif terus bertekad supaya dapat menyelesaikan program studinya. Berhasil menjadi sarjana pertama di keluarganya, Syariif merasa terharu karena mampu membawakan gelar wisudawan terbaik di fakultasnya.
“Dari keluarga yang tidak mampu dan orang tua hanya lulusan sekolah menengah dan sekolah dasar. Sebagai seseorang yang pertama kali berkuliah di keluarga, saya dapat menyelesaikan kuliah dengan predikat wisudawan terbaik,” ucap mahasiswa asal Cirebon tersebut.
Sekalipun telah menyelesaikan skripsinya di semester tujuh, Syariif mengaku harus mengurungkan niatnya untuk mengikuti sidang munaqosah dan lulus cepat. Hal ini dilakukannya, lantaran harus membantu biaya pendidikan adiknya melalui beasiswanya.
“Beasiswa dari KIP-K yang saya dapatkan cukup sangat membantu, walaupun tidak saya gunakan untuk diri sendiri, tapi saya gunakan untuk pendidikan adik-adik saya. Akhirnya, saya korbankan lulus di semester delapan,” jelasnya.
Pendidikan dalam Peningkatan Kehidupan
Syariif Ahmad Ja’far Shoodiq, wisudawan terbaik asal Cirebon berhasil mengangkat isu tentang banyaknya masyarakat yang sulit mengenyam bangku pendidikan. Hal ini dituangkan dengan rapi di skripsi dengan judul “Pendidikan Kaum Tertindas dalam Kurikulum Merdeka di SMPIT Al Marwat Cirebon Perspektif Paulo Freire”.
“Bagi kaum-kaum bawah di Indonesia yang ingin mengenyam pendidikan, ibaratnya ingin makan saja sudah susah, apalagi untuk mendapatkan pendidikan,” ucapnya.
Ketika pembuatan skripsi, dirinya sempat kesulitan dalam mencari berbagai referensi fisik.
“Kendala utamanya karena memang kondisi keuangan yang kurang berimbas ketika mencari referensi fisik, seperti buku,” ucapnya.
Akibat faktor ekonomi, sambungnya, mahasiswa yang tidak memiliki banyak uang akan kesulitan dalam mencari bahan referensi untuk tugas akhir. Oleh hal itu, dirinya berharap kepada kampus agar dapat melengkapi bahan bacaan bagi mahasiswa.
“Buat kampus, untuk melengkapi buku referensi di masing-masing perpustakan fakultas maupun universitas,” tambahnya.
Dalam menutup wawancaranya, Syariif berpesan untuk tetap ingat tujuan awal berkuliah.
“Kembali kepada niat dan ingat kita berkuliah karena apa. Jika berkuliah menggunakan biaya orang tua, ingat keringat dan derita orang tua,” tutupnya.
Reporter: Gojali
Editor: Nur Rzkn