• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Kamis, 19 Mei 2022
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Berdebat untuk Hal Sepele, Masih Perlukah?

Akibatnya, urusan yang awalnya sepele ini, bisa saja merambah ke ranah yang lebih filosofis. Argumen yang dilontarkan pun, seringkali dibumbui dengan nalar logika yang salah dalam permainan kata-katanya.

Agus Salim I by Agus Salim I
3 tahun ago
in Artikel, Esai
0
Ilustrasi berdebat (sumber foto: www.okezone.com).

Adanya perbedaan pendapat dalam pergaulan, organisasi, maupun antar anggota suatu instansi seringkali menimbulkan perdebatan yang melelahkan. Namun, tidak serta merta perdebatan tersebut bersifat substansial dan bahkan cenderung berangkat dari hal yang sepele.

Walaupun merupakan hal sepele, tetapi bisa menjadi perdebatan panjang lantaran pemahaman tentang berdebat itu tidak pada tempatnya, sehingga bisa menimbulkan konflik pribadi atau kelompok. Esensi berdebat pun bukan lagi didasarkan pada pencarian asas kebenaran, melainkan pembenaran atas irasionalitas yang sudah bersemayam di hati. Lain halnya jika perdebatan itu dipahami dalam konteks yang benar, maka dapat dipetik manfaat karena bisa menambah dan memperluas wawasan berpikir.

Misalnya saja, masalah hukum harus dibahas tuntas dari sudut hukum, dan masalah psikologi harus dibahas dari sudut psikologi juga. Akan tetapi, hal tersebut tidak akan berlaku manakala ada kesepakatan yang mengatakan bahwa, masing-masing akan mengambil dari sudut pandang yang berbeda.

Kelompok pro akan melihat permasalahan dari sudut ilmu agama sedangkan yang kontra akan mengambil dari sudut pandang filsafat. Terlepas dari dua kelompok tadi, argumentasi yang dilontarkan juga harus berdasarkan pada rasio atau penalaran. Sehingga, akan menghasilkan perdebatan yang berkualitas pula.

Beda halnya ketika suatu perdebatan hanya berangkat dari permasalahan yang sepele tanpa menggunakan rasio yang matang. Akibatnya, urusan yang awalnya sepele ini, bisa saja merambah ke ranah yang lebih filosofis. Argumen yang dilontarkan pun, seringkali dibumbui dengan nalar logika yang salah dalam permainan kata-katanya.

Baca juga

Kita yang Semakin Dibodohi Oleh Buku Motivasi

Malas Bekerja secara Tim, Mau sampai Kapan?

Terjerat Tali Gembala Media Sosial

Yang terjadi selanjutnya, situasi perdebatan menjadi tak terarah. Berbagai teori diperdebatkan dan menjadi senjata terampuh dalam menjatuhkan lawan bicara. Bahkan, tidak jarang perdebatan semacam ini berakhir pada kebencian dan permusuhan.

Sebenarnya, perihal permusuhan yang diakibatkan oleh perdebatan yang sepele ini, telah diceritakan oleh S. N. Ratmana (1936-2013) dalam sebuah cerpen berjudul “Kubur”. Ratmana menggambarkan bagaimana kemudian keutuhan sebuah keluarga, harus tercerai-berai hanya karena dua kubu yang berbeda pendapat gagal memahami bahwa, masalah yang mereka perdebatkan adalah masalah kecil dan memiliki banyak pendapat.

Jika sudah demikian, akankah kita perlu menggaungkan kembali perdebatan yang bahkan telah menjadi tradisi hari ini?

Penulis: Agus Salim

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: artikel berdebatesai berdebatIlustrasi berdebatperdebatan
Previous Post

Bersama Raisa, UIN Walisongo Usung Konsep Batik dalam Konser Uincredible 2.0

Next Post

HMJ PBA Sabet Tiga Gelar Juara Lomba MLA di IAIN Salatiga

Agus Salim I

Agus Salim I

Bukan penulis mapan

Related Posts

Kita yang Semakin Dibodohi Oleh Buku Motivasi
Artikel

Kita yang Semakin Dibodohi Oleh Buku Motivasi

by Rizki Nur Fadilah
26 April 2022
0

...

Read more

Malas Bekerja secara Tim, Mau sampai Kapan?

28 Maret 2022
Ilustrasi terjerat tali gembala media sosial.

Terjerat Tali Gembala Media Sosial

22 Maret 2022
Ilustrasi pertemanan landak, saling menyakiti meski bermaksud baik.

Terjebak Pertemanan Dilema Landak

11 Maret 2022
Ilustrasi "terserah" (source: energibangsa.id)

Lebih Bijak Menggunakan Kata “Terserah”

8 Maret 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini

Terbaru! Inilah 40 Daftar Prodi dan Status Akreditasi UIN Walisongo 2022

12 Februari 2021

7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

6 Maret 2018
Suasana Mahad Walisongo yang berada di kampus 2 UIN Walisongo  Semaran (Doc. Amanat)

Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

12 Juli 2018

Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

6 Maret 2018
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2022 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2022 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend