• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Selasa, 28 Juni 2022
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Belajar Memaknai Lebih Dalam Bulan Ramadhan

Ramadhan yang seharusnya menjadi madrasah untuk melatih pengendalian diri, justru menjadi ladang budaya konsumtif yang terus berkembang.

Agus Salim I by Agus Salim I
3 tahun ago
in Artikel
0
(Sumber Foto: www.detakriaunews.com)

Senin 6 Mei 2019, secara serentak umat Islam menjalankan puasa. Ibadah yang dijalani selama satu bulan penuh ini, selalu disambut dengan beragam cara oleh Muslim di pelbagai penjuru dunia. Hal itu memang erat kaitannya dengan dogma agama yang kurang lebih mengatakan, siapa saja yang senang menyambut datangnya Bulan Ramadhan, maka diharamkan neraka baginya.

Yang menjadi persoalan kini, bukan pada cara umat dalam menyambut bulan penuh berkah ini. Namun, bagaimana pemaknaan umat dalam menjalaninya.

Tak dapat dipungkiri–baik disadari atau tidak–umat Islam di Indonesia masih banyak yang salah mengartikan kedatangan Bulan Ramadhan.

Bulan yang seharusnya menjadi alat pengekang nafsu keduniawian justru sering seringkali diartikan sebagai ritual tahunan yang minim makna, kecuali mengubah jam makan, jam kerja dan jam istirahat. Tak sedikit pula yang mengartikan Ramadhan sebagai ajang untuk menghias rumah dan berburu tunjangan hari raya.

Ada juga yang menganggap bahwa Ramadhan hanya akan merugikan orang yang menjalaninya. Badan menjadi lemas karena tidak makan seharian. Bahkan, menganggap Ramadhan menjadi penyebab sepinya warung makan di siang hari dan beragam alasan konyol lain terlontar dari mulut mereka yang mengeluhkan Ramadhan.

Baca juga

Ketika Diam Menjadi Mematikan

Bukan Sekadar Komentar, Mengkritik Film itu Harus Bijak

Childfree; Isu Pengurangan Populasi atau Penyalahan Kodrati?

Masyarakat dibuat lupa dengan esensi Ramadhan yang selama ini ramai dikumandangkan di masjid maupun musholla. Keberkahan Bulan Ramadhan pun seolah sirna dengan iming-iming lebaran yang sarat kesenangan. Hasilnya, masyarakat masih terlalu sibuk memikirkan urusan duniawi yang dirasa memiliki unsur penting dalam kehidupan.

Pemikiran kita masih terjerembab dalam rutinitas kosong bahwa Ramadhan adalah sesuatu yang datangnya rutin tiap tahun. Kerancuan berpikir semacam ini sebenarnya bermuara pada krisis penguasaan ilmu logika atau mantiq. Pernyataan dan pendapat tanpa menggunakan penalaran yang runtut kerap menghasilkan konklusi yang salah.

Ya, inilah yang harus dibenahi di sebagian tatanan masyarakat sekarang. Perspektif semacam ini harus diluruskan agar masyarakat tidak terjebak dalam kubangan kekeliruan.

Budaya konsumtif

Setiap Ramadhan tiba, seluruh umat Muslim melakukan puasa sebagaimana yang dianjurkan Allah SWT dalam Alquran. Namun, setiap Ramadhan pula mereka memamerkan gaya hidup konsumtif.

Misalnya saja, menjamurnya wisata kuliner menjelang berbuka puasa dan toko baju yang diiringi kebiasaan masyarakat membelanjakan uang yang tidak teratur. Hal ini tentu bersebarangan dengan makna Ramadhan itu sendiri.

Ramadhan yang seharusnya menjadi madrasah untuk melatih pengendalian diri, justru menjadi ladang budaya konsumtif yang terus berkembang. Masyarakat lebih disibukkan dengan pertukaran uang dan barang.

Perputaran uang dan barang pun menjadi tidak terkontrol. Hasilnya, banyak masyarakat yang kemudian sering menelantarkan apa yang telah mereka dapatkan. Tak ayal, mereka pun tak mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Ironi memang. Di saat mereka yang kurang mampu membutuhkan uluran tangan, sebagian masyarakat justru menghamburkan harta yang mereka miliki.

Mengutip pernyataan Baudrillard, situasi masyarakat saat ini dibentuk oleh kenyataan bahwa manusia sekarang dikelilingi oleh faktor konsumsi. Pada kenyataannya, manusia tidak pernah terpuaskan akan kebutuhannya.

Lalu, di Ramadhan kali ini bagaimakah kita harus memaknai? Bulan pelegitimasian nafsu, atau bulan pengekang keinginan.

Penulis: Agus Salim

  • 1share
  • 0
  • 1
  • 0
  • 0
Tags: bulan ramadhanmemaknai ramadhanRamadhan
Previous Post

7 Cara Atasi Homesick Anak Rantau Saat Ramadan

Next Post

Nasehat Ukhrowi yang “Menyesatkan”

Agus Salim I

Agus Salim I

Bukan penulis mapan

Related Posts

Ilustrasi seseorang yang diam.
Artikel

Ketika Diam Menjadi Mematikan

by Lawinda Rahmawati
27 Juni 2022
0

...

Read more
(Sumber gambar: Pixabay)

Bukan Sekadar Komentar, Mengkritik Film itu Harus Bijak

23 Juni 2022
Ilustrasi pasangan childfree. (Sumber: pixabay)

Childfree; Isu Pengurangan Populasi atau Penyalahan Kodrati?

22 Juni 2022

Perlukah Curhat di Medsos?

21 Juni 2022
Ilustrasi basa-basi dalam obrolan. (Sumber: pixabay)

Perlukah Basa-Basi untuk Memulai Obrolan?

20 Juni 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Ilustrasi basa-basi dalam obrolan. (Sumber: pixabay)

Perlukah Basa-Basi untuk Memulai Obrolan?

20 Juni 2022

Atin Anggraini: Burnout Bagian dari Toxic Relationship

16 Juni 2022
Ketua DEMA FITK, Ketua Panitia Edufest 2022, dan Dekan FITK Beserta Jajarannya pada acara Edufest 2022 di Auditorium II Kampus 3 UIN Walisongo, Senin (06/06/2022).

DEMA FITK Adakan 6 Jenis Lomba Nasional dalam Education Festival 2022

6 Juni 2022
Elizabeth, UKM MASA

Elizabeth: Insecure Aktifkan Otak Reptil Manusia

19 Juni 2022
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2022 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2022 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend