
Amanat.id- Pemilihan Umum (Pemilu) Capres-Cawapres, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPR Kabupaten/Kota 2024 tinggal menghitung jam. Namun, beberapa civitas academica Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang justru memilih untuk golongan putih (golput), Selasa (13/2/2024).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), golput adalah warga negara yang menolak memberikan suara dalam pemilihan umum sebagai tanda protes.
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Biologi angkatan 2021, Eky Pradipta memilih untuk golput karena tidak mau disibukkan dengan urusan administrasi pemindahan Tempat Pemungutan Suara (TPS).
“Sebenernya aku pengen nyoblos, tetapi males ribet ngurus administrasi buat pindah TPS,” ucap mahasiswa asal Palembang tersebut.
Selain itu, tuturnya, ia juga terlambat mendapatkan informasi tentang perpindahan TPS.
“Terus aku juga dapet info tentang pindah TPS itu telat, jadi mending golput aja,” ucapnya.
Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2021, Nurul Laely juga memilih untuk golput. Dirinya mengaku harus mengikuti Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Kepengurusan.
“Niat awalku balik Kebumen pas Pemilu besok, tetapi Sabtu-Minggu aku ada acara LPJ kepengurusan. Jadi, mau tidak mau Jumat harus udah di sini lagi,” jelas mahasiswa asal Kebumen tersebut.
Dirinya juga keberatan jika harus mengeluarkan biaya transport yang dirasa mahal.
“Belum lagi uang transport buat bolak balik Kebumen-Semarang yang cukup mahal,” ujarnya.
Walaupun tidak berkesempatan mengikuti Pemilu 2024, Laely memiliki harapan besar bagi para calon pemimpin.
“Semoga calon-calon yang terpilih selalu amanah akan tanggung jawab yang mereka emban, bisa merealisasikan janji-janjinya, tidak hanya ucapan belaka, serta bisa membuat rakyat Indonesia lebih sejahtera,” tutupnya.
Memanfaatkan Kesempatan
Sementara itu, mahasiswa Prodi PAI angkatan 2022, Candra Irawan Satriyo Aji justru merasa rugi jika harus golput.
“Dengan golput sebenarnya rugi karena walaupun dari para capres tidak ada yang kita suka, setidaknya dengan pilihan kita dapat mencegah pemimpin yang terburuk berkuasa,” tuturnya.
Candra pun sempat mengurus perpindahan TPS melalui penawaran dari desanya.
“Kemarin ada penawaran perpindahan TPS dari desa, jadi aku ikut tanpa harus ribet ngurus sendiri,” jelasnya.
Reporter: Salsanas Lingga W
Editor: Fathur