Pernahkan kalian ketika berada di suatu tempat, merasa menjadi sorotan banyak orang? Merasa seolah semua mata tertuju pada kalian? Keadaan seperti ini dikenal dengan istilah spotlight effect.
Spotlight effect merupakan suatu fenomena psikologis ketika seseorang merasakan dan menganggap orang lain di sekitarnya sangat memerhatikan setiap perilaku, penampilan, dan kekurangan yang dimilikinya.
Seseorang dengan spotlight effect seringkali beradu dengan rasa tidak nyaman dan kekhawatirannya ketika menjadi sorotan banyak orang. Hal ini dapat diibaratkan ketika orang tersebut berada di atas panggung dengan lampu yang menyorot, sehingga membuat mata khalayak hanya berpusat pada dirinya sepenuhnya.
Thomas Gilovich, seorang psikolog asal Amerika Serikat pernah memperkenalkan istilah spotlight effect bersama temannya melalui sebuah penelitian berjudul Spotlight Effect in Social Judgment. Dalam eksperimennya, responden dikenakan pakaian yang mencolok, kemudian diminta beraktivitas seperti biasa. Para responden mengira sekitar 50% dari orang yang mereka temui akan memberikan respons. Padahal, dari hasil penelitian hanya terhitung 20% saja yang memberikan respons, menengok, bahkan memerhatikan baju yang mereka kenakan.
Hal ini lantas menunjukkan adanya kecenderungan seseorang dalam melebih-lebihkan situasi, sehingga sering merasa diperhatikan. Padahal tidak sebanyak itu yang tertarik dengan apa yang kita kenakan atau lakukan.
Hal ini tentu memiliki dampak tersendiri bagi setiap pelakunya. Berikut beberapa dampak yang akan diterima pelaku spotlight effect:
1. Haus pengakuan
Setiap orang tentu memiliki keinginan tersendiri dengan yang namanya pengakuan. Namun, tidak dengan haus pengakuan.
Seorang spotlight effect ketika tidak mampu mengendalikan dirinya akan memberikan dampak negatif. Saat merasa bahwa khalayak berpusat pada diri kita, akan sangat mudah muncul rasa haus pengakuan, yang mana mengakibatkan kecenderungan dalam membuktikan keberadaan dirinya. Meski demikian, belum tentu setiap orang memahami hal sama dengan yang kita pikirkan.
2. Pembatasan diri
Tidak hanya haus akan pengakuan, pembatasan diri akibat spotlight effect juga sangat mudah merasuk dalam pikirannya. Kita akan cenderung bergerak, berperilaku seperti apa yang orang lain suka. Padahal, kita memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi diri lebih luas lagi tanpa memedulikan pendapat orang.
3. Kecemasan sosial
Spotlight effect dapat berdampak lebih buruk lagi ketika seseorang mulai mengalami kecemasan sosial. Kecemasan yang timbul semacam gugup atau dapat lebih buruk lagi karena ada cerminan perbedaan aktivitas pada otak dan reaksi terhadap lingkungan yang berdampak pada kemampuan diri dalam beraktivitas dan merasa nyaman di lingkungannya.
Hal ini diutarakan oleh Dokter Rizal Fadli, kondisi seseorang yang mengalami spotlight effect akan timbul kecemasan sosial. Namun, jika tidak segera ditangani dapat membuat keadaan menjadi lebih buruk, bahkan sampai memengaruhi kemampuan diri untuk beraktivitas di sekitar orang lain.
Meskipun memiliki dampak yang tidak bisa dianggap sepele, bukan berarti spotlight effect tidak dapat dihentikan. Ketika kita ingin menghentikannya, yakni dengan mengakui bahwa setiap orang adalah pusat bagi dunianya sendiri.
Meskipun kesadaran seperti ini dapat membantu. Namun, kita juga harus tetap memberikan apersepsi pada diri sendiri supaya tidak mudah terpengaruh ketika semua orang melihat kita.
Eka Rifnawati