
Amanat.id- Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menyelenggarakan Webinar Nasional dengan mengusung topik “Menyoal Dampak Konflik Rusia-Ukraina terhadap Stabilitas Ekonomi Dunia”. Acara tersebut digelar secara online melalui Zoom Meeting, Minggu (10/04/2022).
Acara tersebut menghadirkan Bagas Hapsoro selaku Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Swedia dan Republik Latvia tahun 2016-2020 dan Mohamad Wahid selaku Duta Besar Indonesia untuk Rusia tahun 2016-2020.
Bagas, dalam materinya memaparkan bahwa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting dalam memperbaiki hubungan antara Rusia dan Ukraina.
“Belum ada kesepakatan antara Ukraina dan Rusia, perang dan sanksi masih terus berlanjut. Lalu bagaimana Indonesia? Kalau kita lihat dari segala perspektif sejarah kita memiliki peran yang sangat menentukan. Pertama, kita bukan musuh kedua pihak yang bertikai karena Indonesia adalah negara non blok yang dengan begitu harapannya bisa memberikan solusi pemikiran dan menjaga perdamaian dunia,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan kunci stabilitas keamanan salah satunya adalah aktif menyurutkan konflik global dan Eropa.
“Konflik Rusia dan Ukraina ini mempengaruhi ekonomi global. Jadi ada sanksi ekonomi, harga komoditas, dan gangguan rantai pasokan. Lalu, kunci stabilitas keamanan antara lain adalah aktif meredakan ketegangan konflik global dan juga konflik yang ada di Eropa,” terangnya.
Pemaparan materi kedua yang disampaikan oleh Wahid, menjelaskan latar belakang Rusia yang menentang Ukraina bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO).
“Cukup banyak upaya-upaya yang dilakukan Rusia untuk berintegrasi Barat, tapi selama ini Barat selalu melanggar, Rusia yang mungkin terpengaruh doktrin-doktrin. Ada satu doktrin tahun 1993 yang intinya bahwa tidak ada negara yang dibiarkan membesar mendekati kekuatan Amerika,”
“Secara geopolitik ini sangat penting. Bayangkan kalau dua negara tersebut (Rusia dan Ukraina) menjadi NATO maka akan terjadi pergolakan di perbatasan. Kita bayangkan, misalnya Malaysia masuk NATO maka terjadi ancaman di perbatasan Kalimantan dan pasti kita tidak akan diam. Jadi, ini merupakan ancaman.” pungkasnya.
Reporter: Alma Dliya Jauza