Gawai yang memudahkan pekerjaan manusia ternyata juga memiliki dampak negatif jika kita tidak menggunakannya dengan tepat. Misalnya, penggunaan gawai untuk membuka media sosial yang tujuan awalnya mencari hiburan setelah lelah beraktifitas. Hal ini biasa dilakukan, namun tanpa kita sadari membawa efek ketergantungan serta menghabiskan waktu.
Terlalu sering menggunakan gawai bukan untuk keperluan penting, namun hanya untuk bermain atau hiburan bisa membuat seseorang menjadi kecanduan. Penelitian yang dilakukan oleh Society Radiology Amerika Utara dengan mengambil sampel remaja mengungkapkan kecanduan gawai memiliki skor lebih tinggi dalam hal depresi, kegelisahan, insomnia, dan impulsif.
Seseorang yang kecanduan gawai umumnya lebih rentan merasa sedih, putus asa, dan kehilangan minat dalam hidup. Salah satu sebabnya bisa timbul karena ada perasaan untuk membandingkan diri sendiri dengan teman di media sosial yang meraih keberhasilan secara cepat, atau gaya hidup influencer dan artis yang terlihat lebih bahagia.
Melihat fenomena ini setiap individu seakan dihimbau untuk meningkatkan kesadaran batas-batas penggunaan gawai. Yaitu kesadaran akan durasi menggunakan gawai yang tidak boleh terlalu lama. Karena penggunaan gawai yang terlalu lama dapat menggangu pola tidur dan kesehatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rensselar Polytechnic Institute di New York mengatakan cahaya yang menyala dari gawai dapat mengganggu siklus tidur, karena paparan cahayanya dapat menurunkan kadar hormon melatonin dalam tubuh hingga 23 persen. Seseorang akan terus menerus kesulitan tidur jika setiap malam terpapar cahaya gawai. Ia akan tidur larut yang mengakibatkan bangun tidur dengan badan lemas dan berdampak pada hari yang akan ia jalani.
Dalam mengatasi hal ini perlu manajemen penggunaan gawai dengan membatasi durasi waktu pengoprasian dalam sehari. Tentukanlah batas-batas waktu dan prioritas penggunaan gawai untuk hal-hal yang penting atau perlu sesuai kebutuhan.
Memanfaatkan gawai dengan bijak bisa dilakukan sejak dini dengan pembiasaan. Misalnya, lebih mengutamakan penggunaan gawai untuk alat komunikasi atau bekerja. Serta mengurangi penggunaan gawai untuk hiburan yang dapat menuntun pada sikap kecanduan. Nah, apakah saat ini kita sudah bijak dalam menggunakan gawai?
Penulis: Ivatunisa Khasanah