
Amanat.id– Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menyelenggarakan Seminar Nasional
dengan mengusung tema “Social Young Energy: Know Your Limit Before It Gets Toxic”. Acara tersebut dilaksakan secara tatap muka di ruang Teater gedung Islamic Development Bank (IsDB)
FITK dan secara daring melalui Live Youtube DEMA FITK. Kamis (16/06/2022).
Duta Genre Jawa Tengah, Atin Anggraini selaku pemateri memaparkan arti burnout dan tiredness serta menjelaskan bahwa perbedaan keduanya terletak pada dampak atau pengaruh yang terjadi setelahnya.
“Burnout itu adalah polahan secara mental yang terjadi di sepanjang waktu dalam kondisi, psikologis yang negatif, yang dimanifestasikan oleh gejala fisik, kognitif, sosial maupun emosional. Tiredness itu misal kita capek, pegal-pegal, setelah tidur lalu bangun kita sudah segar. Burnout berbeda dengan tiredness, tiredness itu lebih ke fisik saja kalau burnout lebih ke lahir dan batin,” tuturnya.
Atin mengatakan bahwa salah satu cara mengatasi burnout adalah dengan mengubah gaya hidup yang mulanya tidak banyak berkontribusi untuk diri sendiri diubah ke tingkat yang lebih baik.
“Cara selanjutnya adalah mengubah gaya hidup, maksudnya adalah ketika setelah burnout itu coba pola kesehariannya diubah, gaya hidupnya diubah. Biasanya bangun tidur enggak pegang pekerjaan, tugas coba dikerjakan. Mengubah gaya hidup adalah dari yang enggak
pernah, jadi pernah. Berubahlah ke tingkat yang lebih baik,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa membangun circle yang suportif mampu mengatasi burnout dan membantu bangkit dari titik limit menuju titik normal.
“Coba bangun circle yang saling mengingatkan, saling suportif, yang
menjadi support system-nya teman-teman. Membangun circle yang seperti ini akan membantu kita on the track, yang awalnya sudah berada di titik limit kembali ke titik normal ataupun yang kita harusnya sudah lurus nih, eh mencong-mencong kembali lagi ke titik semula. Jangan sepelekan circle,” tuturnya.
Ia juga mengatakan bahwa burnout termasuk bagian toxic relationship ketika seseorang sudah hilang kendali dalam mengatasinya.
“Yes, burnout itu toxic relationship baik kepada diri kita maupun lingkungan kita. Ketika kita sudah burnout dan tidak bisa mengatasinya, sudah pasti kita toxic people. Jadi toxic itu adalah perilaku negatif yang sifatnya mengecewakan dan kontra produktif yang melemahkan seseorang baik secara pribadi maupun dalam kelompok dan bahkan bisa terjadi dalam waktu panjang,” pungkasnya.
Reporter: Alma Dliya Jauza