• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Jumat, 23 Mei 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Apalagi Setelah Pesta Ketidaktahuan Diri?

Diah Khalimatus Sa'diyah by Diah Khalimatus Sa'diyah
6 tahun ago
in Opini
0

Baca juga

Student Loan, antara Harapan dan Jebakan

Luka di Balik Hari Raya

Ke Mekkah Modal Nekat, Spiritualitas atau Konten Semata?

(Sumber foto: www.beritagar.id)

Baliho-baliho calon wakil rakyat menyemarakkan jalan, saling bertumpuk satu sama lain. Wajah-wajah yang ada di baliho itu selalu tersenyum disertai dengan kalimat ajakan agar orang-orang memilih dirinya. Namun menjadi sebuah pertanyaan, diri yang seperti apa?

Yang mencalonkan bahkan tidak tahu dengan dirinya sendiri apalagi rakyat yang akan memilih.

Nampaknya, tahun politik sekarang menjadi ajang pesta ketidaktahuan diri. Orang-orang saling berlomba menunjukkan keunggulannya. Pemasangan baliho, model kampanye, slogan, dan janji yang ditawarkan seringnya terlalu nekat dan mengedepankan “ke-Aku-an”.

Beberapa waktu yang lalu, publik digegerkan dengan istilah tempe setipis ATM. Tidak perlu penelitian yang mendalam, publik sudah mengetahui bahwa tidak ada orang yang menjual tempe setipis itu. Istilah propaganda Rusia juga sempat mencuat hingga akhirnya membuat kedubes Rusia angkat bicara membantah hal tersebut.

Belum lagi pemasangan baliho para calon wakil rakyat yang tidak berdasar. Bagaimana tidak mereka memasang baliho seenak wedelnya. Ada yang memasang baliho dengan foto terbalik, dan memakai bahasa alay dalam balihonya. Misal kalimat “siap memimpin rakyat” diganti dengan “s14p memimpin rakyat”.

Selain model kampanye dan pemasangan baliho yang asal-asalan, mereka juga banyak menawarkan janji seolah-olah mereka mampu merealisasikan janji itu. Contoh janji yang paling sering mereka tawarkan adalah akses pendidikan dan kesehatan gratis. Jika saja mereka mau menggunakan akal sehatnya, hal itu tidak akan mungkin terjadi. Kalaupun bisa, prosentasenya sangat kecil.

Pemilu menjadi bahan lelucon bahkan ketidaklaziman yang dibenarkan untuk mereka yang mencalonkan diri. Hal semacam ini akan terus mereka lakukan, sampai pemilu usai dengan tujuan dapat mendulang suara untuk kesuksesannya.

Lalu, bagaimana setelah pemilu usai?

Bagi yang gagal, ke-aku-an yang mereka tampilkan saat kampanye seharusnya tetap mereka bawa dalam kehidupan sehari-hari. Karena idealnya ke-aku-an yang mereka tampilkan saat kampanye sudah terinternalisasi dalam dirinya. Pun demikian dengan yang jadi.

Tapi sayangnya, fakta tidak berkata seperti itu. Ke-aku-an saat kampanye yang terlihat sangat suci, seperti tercabut dalam diri mereka dan mayoritas menjadi pengkhianat minimal untuk dirinya sendiri.

Tentu kita masih ingat dengan kasus korupsi yang menjerat Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum, dan Andi Mallarangeng pada sekitar tahun 2012-2013. Sebelum menjadi tersangka, mereka membuat video iklan “katakan tidak pada korupsi”. Namun nyatanya, merekalah pelaku korupsi itu.

Kejadian demi kejadian yang terjadi selama masa pemilu termasuk di dalamnya masa kampanye membawa penulis pada satu kesimpulan bahwa kita sedang dipermainkan oleh politik ketidaktahuan diri para politisi, disamping politik catur kemenangan yang mereka pakai.

Rakyat hanya objek untuk segala kampanye “ketidaktahuan diri dan ke-aku-an” bagi mereka. Setiap hari meyakinkan rakyat bahwa mereka adalah orang yang pantas untuk dijadikan pemimpin. Namun yang sebenarnya terjadi justru mereka adalah orang yang tidak tahu diri.

Karena orang yang tidak tahu diri memiliki 7 unsur yang ciri-cirinya hampir melekat pada mereka politisi.

Pertama, ketidaktahuan diri berakar pada ketidaktahuan (Unwissenheit). Orang yang tak sadar kemampuan, kemudian berlagak untuk mengambil peran besar, akan menjadi orang yang tidak tahu diri.

Dua, ketidaktahuan diri berakar pada miskinnya pengalaman. Pengalaman yang diolah akan membuat orang menjadi bijak. Biasanya, orang-orang seperti itu akan hidup sederhana dan bersahaja, walaupun mereka bermutu dan kaya raya. Namun beda dengan orang yang tidak tahu diri, mereka akan berlagak untuk menjadi pemimpin masyarakat.

Tiga, orang tidak tahu diri melaju pesat karirnya, karena dia pandai menjilat.

Empat, orang tak tahu diri juga suka dijilat.

Lima, orang tak tahu diri adalah orang yang takabur. Mereka ditipu oleh sebuah kisah sukses semu. Kesombongan pun terpancar langsung dari tutur kata maupun tindakan.

Enam, ketidaktahuan diri selalu bergandengan dengan kerakusan. Karena tak kenal dengan dirinya sendiri, rasa hampa selalu datang menghantui. Rasa rakus tumbuh secara alami, dan berusaha dipuaskan dengan uang dan kekuasaan.

Tujuh, ketika diberikan kedudukan, orang-orang yang tidak tahu diri akan langsung menyalahgunakannya. Kekuasaan mereka tidak akan berkelanjutan, karena berpijak pada kerakusan dan kebutaan. Yang terjadi justru sebaliknya, kerugian moral, spiritual dan ekonomis akan langsung tercipta di dalam kepemimpinan mereka.

Seperti inilah wajah perpolitikan kita, dari tahun ke tahun. Apalagi setelah pesta ketidaktahuan diri para poitisi lima tahunan ini terjadi? Yang jelas siklus ini akan tetap terulang, karena telah menjadi tradisi. Kecuali mereka yang dapat sadar pada diri sendiri dan visi dari bernegara ini yang katanya ingin maju. Tapi itu sepertinya cuma mimpi di siang bolong.

Goenawan Mohamad berkata, “Sebagian besar pengetahun kita agaknya memang tidak berdasar pada penalaran ataupun eksperimen, melainkan, pada otoritas. Dan ketika segala gelar disebut dan stempel keahlian diterakan, ilmupun tak lagi dilihat sebagai proses, melainkan sabda. Kekuasaannya semakin besar, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk menggampangkan, memendekkan, menjustai. Kemudian lahirlah tahayul.”

Ya, politik di negeri ini seperti halnya di dunia tahayul, sebab mimpi dan harapan masih di langit yang tinggi.

 

Penulis: Khalimatus Sa’diyah

  • 2SHARE
  • 0
  • 2
  • 0
  • 0
Tags: pemilu indonesiapolitik ketidaktahuan diripolitisiwajah politik indonesia
Previous Post

Sudah Lima Hari Listrik PKM-U Mati, Kegiatan Aktivis UKM Terhenti

Next Post

Mahfud MD Blak-blakan Soal Kasus Jual Beli Jabatan di Kemenag

Diah Khalimatus Sa'diyah

Diah Khalimatus Sa'diyah

Related Posts

Student Loan, Pinjaman Pendidikan, Pinjaman Pendidikan Mahasiswa, Biaya Kuliah Mahasiswa, KMI
Opini

Student Loan, antara Harapan dan Jebakan

by Hikam Abdillah
29 April 2025
0

...

Read more
hari raya, kesenjangan sosial, fenomena kesenjangan sosial, momen hari raya, ketimpangan sosial

Luka di Balik Hari Raya

1 April 2025
Ke Mekkah Modal Nekat, Fenomena Haji Jalan Kaki, Tren Haji Jalan Kaki, Penyebab Haji Jalan Kaki, Jalan Kaki Ke Mekkah

Ke Mekkah Modal Nekat, Spiritualitas atau Konten Semata?

13 Maret 2025
danantara, daya anagata nusantara, investasi danantara, cara kerja danantara, prabowo subianto

Danantara, Harapan atau Ladang Korupsi Baru?

27 Februari 2025
Kabur Aja Dulu, Tagar Kabur Aja Dulu, Tren Kabur Aja Dulu, Brain Drain, #kaburajadulu

Perlawanan Masyarakat dalam Kabur Aja Dulu

23 Februari 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Secangkir Kopi, Kedai Kopi Literasi, Kedai Kopi Mahasiswa, Philocoffe Street, UIN Walisongo

Segenggam Rezeki dalam Secangkir Kopi

22 Mei 2025
Iwan Giwangkara, Tips Entrepreneur, HMJ MHU, MHU UIN Walisongo, UIN Walisongo

Iwan Giwangkara Bagikan Strategi Menjadi Entrepreneur Handal

7 Mei 2025
Teman Tuli, Tim Peduli Isyarat Semarang, Jenis Bahasa Isyarat, Komunikasi Teman Tuli, KPSR UIN Walisongo

Tim Peduli Bahasa Isyarat Semarang Jelaskan Tata Cara Komunikasi dengan Teman Tuli

19 Mei 2025
ksk wadas, pentas ksk wadas, studi pentas wadas, ksk wadas uin walisongo, pentas pada suatu hari, karya arifin c noer

Bahas Isu Media Sosial, KSK Wadas Adakan Studi Pentas Bertajuk ‘Pada Suatu Hari’

26 April 2025
Load More

Trending News

  • Aksi Diam, Aksi Diam UIN Walisongo, Perpustakaan UIN Walisongo, Aksi Diam Perpustakaan, Perkuliahan Hybrid UIN Walisongo

    Beberapa Mahasiswa UIN Walisongo Gelar Aksi Diam Tuntut Kembalikan Jam Normal Perpustakaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua FORMAKIP UIN Walisongo Pastikan Tidak Ada Pemotongan Biaya Living Cost

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca dan Menelaah Falsafah Mandor Klungsu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend