
Kegelisahan ini sebenarnya sudah saya rasakan di akhir tahun lalu, tepatnya ketika semester gasal periode akademik 2018/2019. Entah mengapa, saya memandang ada semacam transformasi penyebutan, soal penyandang predikat tambahan bagi mahasiswa.
Ketika, saya menjumpai beberapa adik tingkat di bawahnya saya yang mengeluhkan dengan banyaknya tugas di akhir perkuliahan. Mereka, merangkum kepenatan tersebut di story Whatsapp dengan ungkapan, “begini ya rasanya semester tua”.
Awalnya, saya menganggap itu guyonan semata. Namun, ternyata tidak. Ketika bertemu tatap muka dengan salah satu si pembuat story, saya kaget. Ia meminta saran judul penelitian buat skripsi. Ya, bukan apa-apa. Masalahnya “si adik” saya ini masih semester lima, dan sudah merasa tua.
Ya, pendapat setiap mahasiswa berbeda tentang muda dan tuanya semester. Bukan tanpa dasar, tapi mereka mempunyai indikator-indikator sendiri untuk menentukan statusnya tersebut. Bisa saja karena mereka dituntut lulus tepat waktu, jadi ketika mahasiswa menginjak semester lima sudah dianggapnya tua. Atau bisa jadi karena beban tugas kuliah yang dirasa dari semester ke semester semakin berat dan harus memikirkan rancangan penggarapan skripsi. Misalnya.
Bagi kita yang melihat tentang keluhan anggapan semester tua, tak bisa kita menilai itu adalah pendapat yang buruk. Karena itu adalah hak mereka dengan cara pandang mengartikan muda atau tuanya semester yang dijalani.
Sebenarnya, memang tidak ada standar baku pengklasifikasian seorang mahasiswa disebut muda, sedang, atau tua. Namun, umumnya begini. Ketika mahasiswa baru menginjakkan kaki di perguruan tinggi, sampai semester lima berakhir, ia masih menyandang gelar semester muda. Sedangkan, dari semester enam s.d semester delapan, mahasiswa masih menyandang gelar semester sedang.
Lalu, kapan mahasiswa disebut semester tua? Kata “tua” identik dengan kematian. Kematian dalam dunia mahasiswa adalah ketika ia di-drop Out (DO), atau ketika sudah melewati batas semester akhir.
Untuk semester akhir sendiri, rata-rata di perguruan tinggi untuk strata 1 (S1) masih empat belas semester. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 49/2014 yang mengatur masa kuliah sarjana maksimal lima tahun (10 semester) tidak jadi diberlakukan. Sehingga, masa kuliah masih tujuh tahun (14 semester).
Nah, ketika mereka menganggap semester lima adalah semester tua. Kemudian apa sebutan yang cocok bagi para mahasiswa yang sedang menjalani semester 13 atau 14?.
Penulis teringat sebuah kalimat dari seorang Arsitektur terkenal dari Amerika, Frank Lloyd Wright, “Semakin lama kamu hidup, semakin indah hidupmu.” Jika di kaitkankan dengan konteks yang sedang dibahas mungkin bisa menjadi begini “Semakin lama waktu belajarmu, semakin indah masa depanmu,”.
Jadi tak perlu risau dengan status atau sebuah anggapan muda dan tuanya semester. Namun lebih pada sebuah esensi tujuan belajar dan tugas sebagai seorang mahasiswa. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menambah pengetahuan. Tak terbatas. Bahkan ada anjuran untuk menuntut ilmu sampai liang lahat. Ya, kadang kalimat ini juga alibi si….. eh.
Penulis: M. Iqbal Shukri