Amanat.id- Menindaklanjuti aksi “Kosongkan Ma’had Geruduk Rektorat“, Aliansi Mahasiswa Walisongo (AMW) bersama Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dan Senat Mahasiswa (SEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo menempelkan vandel-vandel keresahan terkait wajib ma’had di depan gerbang Kampus 3, Jumat (11/8/2023).
Beberapa dari vandel tersebut bertuliskan ‘Inpo tiga juta kami’, ‘Ma’had tidak manusiawi’, dan ‘Biaya elit fasilitas sulit’.
Namun, sekitar pukul 09.50 WIB, Ketua Satuan Pengamanan (Satpam), Sutarman meminta anggota keamanan untuk menurunkan vandel-vandel yang telah terpasang.
Ia mengatakan bahwa tulisan-tulisan tersebut dapat mempermalukan pihak kampus. Pasalnya, UIN walisongo menjadi tuan rumah dalam acara Nahdlatul Ulama Health Summit 2023 yang berlangsung di Auditorium II Kampus 3.
“Tolong untuk tulisannya bisa diturunkan dan dikondisikan. UIN Walisongo juga rumah kita, tolonglah dijaga. Malu dengan tamu yang datang,” tuturnya.
Sutarman juga mengatakan, dirinya baru mengetahui vandel-vandel tersebut setelah mengamankan area Auditorium II.
“Saat pagi tadi belum ada. Baru saja saya mengamankan di depan auditorium dan balik ke sini sudah ada coret-coretan seperti ini,”
“Itu yang di banner ‘selamat datang mahasiswa’ tadi pagi juga belum ada coretan-coretan begitu, saya masuk tadi masih bersih.” ujarnya.
Menurutnya, pemasangan vandel dan coret-coretan tersebut dilakukan saat pihak keamanan sedang menertibkan area lain.
“Tadi ada dua orang yang fokus di penyebrangan, sementara yang lainnya berfokus di auditorium untuk mengarahkan parkir,” ucapnya.
Dirinya berharap agar permasalahan wajib ma’had tersebut dapat segera terselesaikan.
“Harapan saya, mahasiswa dan birokrasi bisa duduk bersama. Jika kalian merasa dirugikan oleh yang berkepentingan dan berwenang, bisa dibicarakan baik-baik,” harapnya.
Sementara Rektor UIN Walisongo, Imam Taufiq tidak mengetahui terkait pemasangan vandel tersebut.
“Kurang tahu saya tentang itu,” ujarnya.
Ia juga menuturkan. jika dilakukan aksi lagi maka dirinya akan mengadakan diskusi dengan mahasiswa atau Wakil Rektor (WR) III.
“Jika akan diadakan aksi lagi, mungkin kita akan berdiskusi dengan mahasiswa, atau bisa melalui WR III,” pungkasnya.
Tanggapan Mahasiswa
Salah satu mahasiswa yang mengikuti seruan aksi, Syamsul Arifin mengatakan bahwa pencopotan vandel tersebut merupakan bukti ketakutan pihak birokrasi jika Menteri Agama (Menag) RI mengetahui isi vandel tersebut.
“Kita bukannya tidak mau berhadapan dengan mereka (red. satpam), tetapi mereka juga punya kepentingannya sendiri. Itu menandakan ketakutan birokrasi kepada tamu-tamu undangan yang kita berikan vandel-vandel,” ujarnya.
Dirinya berharap, vandel-vandel tersebut dapat ter-notice oleh Menag RI.
“Besar harapan kami, Pak Yaqut bisa me-notice apa yang kami usahakan dan bisa memberi pengertian mengenai permasalahan ma’had kepada pihak birokrat,” harapnya.
Reporter: Saskia Rida N.
Editor: Fathur