Suasana: ngaji bareng masyarakat di depan GSG kampus 3 UIN Walisongo, Kamis (07/12/2017) malam. |
Skmamanat.com – Orang-orang sekarang, mengeklaim suatu kebenaran hanya berdasarkan tesis dan anti-tesis saja, tanpa melakukan sintesis. Inilah yang menyebabkan setiap orang hanya membenarkan pendapatnya sendiri.
Jika masyarakat telah terpolarisasi pada kebenarannya masing-masing, maka hal ini akan sangat membahayakan. Contoh yang paling terlihat adalah perang pendapat yang terjadi di Indonesia Lawyers Club (ILC) beberapa waktu lalu. Dimana, masing-masing narasumber terjebak dalam kebenarannya sendiri.
Hal itu disampaikan Budi Maryono, budayawan asal Semarang, dalam acara Ngaji Bareng Masyarakat yang diadakan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunkasi (FDK) di depan GSG kampus 3 UIN Walisongo, Kamis (07/12/2017) malam.
“Kita terlalu sibuk mencari kesalahan orang lain,” kata Budi Maryono.
Fakhrur Rozi, pembicara terkhir dalam acara itu menegaskan, seseorang harus bisa mengemukakan pendapat yang benar sesuai sudut pandangnya. Tetapi, juga harus menghargai kebenaran pendapatnya dari sudut pandang yang lain.
“Belajarlah berdiri dengan sudut pandangmu sendiri,” katanya.
Acara ini merupakan penutupan dari rangkaian semarak Harlah PMI (4-7/12/2107), yang sebelumnya telah mengadakan pameran kreasi anak PMI, lomba rebana tingkat Jateng, dan workshop pemberdayaan.
Acara yang mengangkat tema “The Power Of Truth Claim” mengahadirkan Budi Maryono didampingi oleh Fakhrur Rozi Wakil Dekan 3 FDK dan Moh. Aniq KHB.
Ngaji Bareng Masyarakat ini memiliki tujuan agar masyarakat mengetahui cara memahami kebenaran dari sudut pandang yang berbeda. Dewasa ini, banyak sekali pengeklaiman kebenaran diri sendiri baik tentang agama maupun budaya.
“Kami (panitia-Red) melihat fenomena-fenomena pengeklaiman kebenaran diri sendiri begitu marak terjadi,” kata Ahmad Sirojuddin ketua HMJ PMI.
Reporter: Naili Istiqomah
Editor: Aulia’