Amanat.id- Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menyelenggarakan Webinar Nasional dengan mengusung tema “Urgensi dan Peran Penting Masyarakat terhadap Pemerintah dalam Menyikapi Krisis Iklim”. Acara tersebut digelar secara online melalui Zoom meeting dengan menghadirkan Abdul Ghofar selaku Manajer Kampanye Transisi Urban Berkeadilan WALHI Nasional, Senin (06/06/2022).
Abdul memaparkan berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa mulai tahun 1985 hingga 2020 tingkat suhu di Indonesia mengalami kenaikan.
“Semua stasiun BMKG di seluruh Indonesia membuat catatan selama 35 tahun terakhir. Mirisnya, muncul data kalau di seluruh Indonesia sudah mengalami kenaikan suhu. Kalau dibandingkan tahun 1985 dengan 2020 itu kenaikannya varitif dari 0,33 sampai 4,5 derajat Celsius,” paparnya.
Ia mengungkapkan, seiring dengan pemanasan global yang semakin parah, hal tersebut berdampak pada kehidupan ratusan juta orang yang kekurangan sumber air dan kehilangan tempat tinggal.
“Ratusan juta orang akan semakin mengalami kekurangan air sementara di tempat lain mengalami banjir. Nah, itu jumlahnya akan meningkat 10-20 tahun mendatang berubah dari puluhan juta menjadi ratusan juta. Situasi sekarang dampak perubahan iklim itu memaksa ratusan juta orang mengungsi menjadi pengungsi ekologis. Lantas pemanasan global itu menjadi semakin parah, salju mencair, misalnya gletser di puncak Jaya Wijaya akan hilang tahun 2025,” ungkapnya.
Ia menjelaskan terkait dampak perubahan iklim didasari oleh sumbangan emisi yang dihasilkan oleh gas rumah kaca.
“Satuan atau hitungan untuk melihat dampak perubahan iklim diukur dari kontribusi pelepasan emisi atau pembakaran yang menghasilkan berbagai macam jenis gas rumah kaca. Ada carbon dioxide, nitrogen oksida, metana, dan lain sebagainya,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa proses terjadinya perubahan iklim dimulai dari berbagai aktivitas manusia dan kegiatan industri yang melepaskan berbagai jenis gas berbahaya.
“Alurnya begini teman-teman. Aktivitas manusia, industri, deforestasi, transportasi itu melepaskan emisi yang gasnya macam-macam. Terus terjadi efek gas rumah kaca atau greenhouse dioxide. Kemudian ada global warming semakin panas lalu ada kenaikan suhu. Kenaikan suhu terus menerus akan menyebabkan cuaca ekstrem, maka muncul yang disebut perubahan iklim,” jelasnya.
Ia berpesan kepada mahasiswa bahwa setiap hari merupakan sebuah kehidupan yang harus diisi dengan perlawanan, sehingga mampu melakukan suatu perubahan.
“Kawan-kawan, selalu bilang setiap hari adalah hari bumi, setiap hari adalah kehidupan, dan setiap hari adalah hari untuk melakukan perlawanan. Jadi, kawan-kawan yang memiliki privilege kemahasiswaan, maka pakai semua sarana itu untuk melakukan sesuatu,” pungkasnya.
Reporter: Alma Dliya Jauza