Menjelang siklus menstruasi merupakan malapetaka bagi sebagian orang. Bukan hanya bagi perempuan yang mengalami menstruasi, tetapi juga orang di sekitarnya. Pasalnya, pada masa ini perempuan akan lebih sensitif dan mudah marah, bahkan untuk hal-hal remeh.
Benarkah ada kaitan antara menstruasi dengan ketidakstabilan emosi?
Dalam dunia medis, gejala ini disebut sebagai Premenstrual Syndrome (PMS) atau sindrom prahaid yang akan terjadi pada sekitar 1–2 minggu sebelum menstruasi. Pada masa PMS, kadar estrogen—hormon seks perempuan—dalam tubuh mengalami fluktuasi dan mencapai kadar tertinggi saat ovulasi atau pelepasan sel telur.
Fluktuasi estrogen dapat menurunkan endorfin—senyawa kimia pada otak yang berkaitan dengan rasa senang, nyaman, dan kekebalan tubuh—dan serotonin—hormon penghubung antar sel dalam otak yang dapat memengaruhi suasana hati, nafsu makan, dan pola tidur. Selain itu, juga dapat menghilangkan gamma-aminobutyris acid (GABA) yang menyebabkan tubuh kehilangan kendali dalam mengontrol aktivitas-aktivitas pemicu stres dan kecemasan.
Selain faktor hormonal, perempuan menstruasi juga akan mengalami nyeri pada beberapa bagian tubuh, pembengkakan payudara, penyempitan pembuluh darah, kram perut, dan anemia. Efek ini memang tidak dialami oleh semua perempuan karena kondisi dan kekebalan tubuh yang berbeda.
Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan emosi saat menstruasi merupakan hal yang wajar dan terdapat penjelasan ilmiahnya.
Cara Mengatasi Ketidakstabilan Emosi saat Menstruasi
Tak jarang, perempuan yang mengalami ketidakstabilan emosi pun merasa heran dan kehilangan kontrol atas emosi pribadinya.
Kendati demikian, terdapat pula perempuan yang menjadikan ketidakstabilan emosi sebagai dalih atas temperamentalnya. Ada pula yang menciptakan plesetan PMS sebagai singkatan dari “Pengin Marah Selalu”. Imbasnya, orang lain akan menjadi samsak pelampiasan amarah, menguras tenaga diri sendiri, serta menghambat aktivitas sehari-hari.
Padahal, ada loh cara untuk mengatasi ketidakstabilan emosi saat menstruasi! Berikut Amanat.id merangkum empat cara atasi ketidakstabilan emosi saat menstruasi:
1. Olahraga
Dilansir dari tempo.co, saat tubuh bergerak atau berolahraga dapat menghasilkan endorfin, meningkatkan sirkulasi darah, dan mengelola dismenore (nyeri haid). Beberapa olahraga yang dapat dilakukan berupa jalan cepat, lari, berenang, bersepeda, peregangan, dan lain sebagainya.
Dapat pula dengan relaksasi seperti yoga, meditasi, pilates, dan bentuk relaksasi lain. Relaksasi dapat menghilangkan ketegangan dan meredakan nyeri. Atau melakukan gerakan workout khusus menstruasi yang dapat dipelajari dari berbagai platform dgital. Beberapa akun yang menyediakan tutorial workout antara lain Jennifer Bachdim, Sheika Rauf, SKWAD Fitness, dan masih banyak lagi.
2. Hindari alkohol, kafein, dan junk food
Alkohol dapat menurunkan kadar gula darah sehingga menyebabkan perasaan lebih sensitif, emosional, temperamental, kelelahan, dan sakit kepala. Kafein dapat memicu gelisah, insomnia atau gangguan tidur, dan asam lambung yang dapat memperburuk PMS.
Sementara itu, junk food atau makanan cepat saji rendah nutrisi, tinggi kalori, dan tinggi garam. Kandungan garam yang tinggi dapat menyebabkan kembung dan berkumpulnya cairan di pembuluh darah sehingga menambah nyeri.
3. Perbanyak air putih, jus, serta dark chocolate
Mengonsumsi air putih dan jus buah yang kaya akan kandungan air, dapat membantu menghidrasi tubuh, mengatasi kram perut, serta melancarkan aliran darah. Sedangkan cokelat hitam dengan kandungan 70% kakao, omega-3, omega-6, magnesium, dan asam lemak dapat merilekskan otot dan memperbaiki suasana hati (mood).
4. Isi waktu luang dengan aktivitas yang disukai
Melakukan aktivitas yang disenangi, dapat meningkatkan kadar hormon serotonin dan dopamin yang dapat memperbaiki suasana hati. Menghindari aktivitas yang memicu stres menjadi pilihan tepat, karena fluktuasi estrogen dapat disebabkan oleh siklus haid, stres, dan depresi.
Namun, bukan berarti dapat melepas tanggung jawab atau lalai terhadap tugas dengan alasan “menghindari stres”. Kita tidak dapat menghindari faktor eksternal pemicu stres, tetapi kita dapat mengubah persepsi dalam memandang sesuatu serta mencari cara yang menyenangkan untuk menyelesaikan tanggung jawab.
Empat tips di atas harus dilakukan secara ideal dan tidak berlebihan. Apabila masih mengalami gejala PMS berkepanjangan dan tidak wajar, dapat memeriksakan diri ke obgyn atau mengonsumsi pereda nyeri dan minuman herbal.
Jadi, masih mau mengkambinghitamkan menstruasi agar bisa marah-marah terus?
Rizkyana Maghfiroh